KONTEKS.CO.ID – Rasmus Paludan, politisi Swedia pembakar Alquran sudah dua kali melakukan aksinya. Sebelumnya ia adala warga negara Denmark, sebelum akhirnya pindah menjadi warga negara Swedia.
Politisi pembakar Alquran ini tetap berada dalam garis politiknya meski pindah kewarganegaraan. Dikenal sebagai politisi ekstrem kanan, ia merupakan pendiri dan ketua Partai Solidaritas Demokratik (Stram Kurs) yang mengusung pandangan anti-imigrasi, anti-Islam, dan pro-keamanan nasional.
Ia sering mengadakan demonstrasi yang menyebabkan kerusuhan dan kontroversi. Pada tahun 2019, Paludan dilarang masuk ke Swedia karena dianggap bahaya bagi keamanan negara.
Stram Kurs meraih suara 1,8 persen dalam pemilihan nasional 2019, perolehannya ini terbilang fantastis dan partainya hampir saja masuk parlemen yang mengenakan ambang batas suara nasional 2 persen.
Stram Kurs (Hard Line) didirikan Rasmus Paludan pada 2017 di Denmark. Partai ini dikenal dengan pandangan anti-imigrasi, anti-Islam, dan pro-keamanan nasional. Partai ini juga mengusung pandangan yang mempromosikan keutuhan budaya dan identitas Denmark yang dianggap terancam oleh imigrasi dari negara-negara berkembang.
Paludan dikenal sebagai pembela hak-hak minoritas kaukasian dan menolak keberadaan imigrasi di Denmark. Ia juga menyatakan bahwa Islam adalah agama yang tidak cocok dengan budaya Denmark dan menginginkan pembatasan imigrasi dari negara-negara muslim.
Tujuannya adalah untuk mengubah undang-undang dan kebijakan Denmark untuk membatasi imigrasi, mengontrol keberadaan minoritas etnis dan agama, dan mempromosikan keutuhan budaya dan identitas Denmark.
Namun, pandangan dan tujuannya yang ekstrim dan radikal sangat dikritik oleh banyak pihak, termasuk partai politik dan organisasi hak asasi manusia.
Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson mengatakan pembakaran buku yang suci bagi banyak orang adalah tindakan yang sangat tidak sopan,” katanya menyampaikan simpati kepada umat Islam. “Namun kebebasan berekspresi adalah bagian mendasar dari demokrasi. Tapi apa yang legal belum tentu sesuai.” ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"