KONTEKS.CO.ID – Meningkatnya permintaan minyak sawit yang tinggi jelang festival Diwali bulan Oktober, membuat produsen minyak sawit Indonesia melakukan langkah pengurangan stok yang saat ini melimpah dengan cara memberikan kepada India.
Produsen sawit Indonesia saat ini tengah gembira karena pemerintah telah membebaskan pungutan ekspor minyak sawit hingga 31 Oktober dan pencabutan larangan ekspor sejak Mei lalu.
Di sisi lain, India yang merupakan negara importir minyak nabati terbesar di dunia, membeli minyak sawit dengan harga yang menguntungkan. Hal itu dapat berdampak pada pengurangan impor minyak kedelai dan minyak matahari.
“India secara agresif membeli minyak sawit dari Indonesia karena harga menarik dan permintaan festival semakin dekat. Kami mengharapkan impor 2 juta ton antara Agustus hingga November,” kata Sandeep Bajoria, kepala eksekutif pialang dan konsultan minyak nabati Sunvin Group dikutip dari Reuters pada Selasa, 20 September 2022.
Data yang dikumpulkan oleh badan perdagangan The Solvent Extractors’ Association of India (SEA) menyatakan angka tersebut setara dengan tiga kali lipat impor minyak sawit India dari Indonesia, yang merupakan produsen terbesar dunia, dibandingkan empat bulan sebelumnya dari April hingga Juli, Menurut data dealer penjualan global yang berbasis di India, produsen minyak sawit Indonesia memberikan diskon hingga USD15 agar stoknya berkurang.
Produsen di Malaysia, produsen minyak sawit terbesar kedua, bersama dengan produsen minyak saingan seperti minyak kedelai dan minyak bunga matahari berupaya merebut pangsa pasar Indonesia.
Bajoria dari Sunvin Group mencatat bahwa minyak kedelai dan minyak bunga matahari, biasanya jauh lebih mahal daripada minyak sawit. Namun, harganya menjadi sebanding selama beberapa bulan dan akibat tekanan permintaan dari India.
Sebelumnya, Malaysia telah menggeser Indonesia sebagai pemasok minyak sawit utama ke India pada 2021/2022. Namun, Pemerintah Indonesia akhirnya membatalkan larangan ekspor dan sejak pertengahan Juli mulai membebaskan pungutan ekspor.
Kedua kebijakan itu telah digunakan untuk mendanai program biodiesel dan penanaman kembali kelapa sawit. Namun, hal itu mendorong kekhawatiran stok minyak sawit yang menggembung dan petani sawit yang merugi.
“Penjual Indonesia sekarang berusaha keras untuk mendapatkan kembali pangsa pasar yang hilang dengan menawarkan diskon,” tutup dealer minyak sawit yang berbasis di New Delhi. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"