KONTEKS.CO.ID – Agensi umrah Malaysia kecewa jemaah Indonesia mendominasi penerbangan dari Malaysia ke Tanah Suci dapat disimak di sini.
Agensi umrah Malaysia kecewa jemaah Indonesia mendominasi penerbangan dari Malaysia dan memunculkan indikasi adanya praktik tidak sehat.
Beberapa perusahaan umrah lokal di Malaysia diduga menggrosir tiket pesawat ke Tanah Suci dan menjualnya ke agen umrah di Indonesia dengan harga hingga RM6.000 (sekitar Rp21 juta dengan kurs Sabtu 28 Januari 2023) untuk meraup untung besar.
Aktivitas mereka yang ditengarai semakin marak belakangan ini digambarkan sebagai penindasan terhadap operator paket umrah lokal, sehingga sebagian tidak bisa membawa jemaah sesuai jadwal yang telah ditetapkan karena mahalnya biaya umrah.
Kajian BH Online pada Jumat 27 Januari 2023, menemukan bahwa ada agen umrah Indonesia yang memberangkatkan jemaahnya dengan membeli tiket baik dari ‘ticket worm’ di antara operator tur lokal, atau langsung dari maskapai penerbangan.
Pengamatan BH Online melalui media sosial juga menemukan banyak agen umrah di Indonesia yang mempromosikan paket umrah menggunakan penerbangan transit melalui maskapai Malaysia.
Seorang perwakilan operator umrah setempat yang menolak untuk mengungkapkan identitasnya mengatakan bahwa aktivitas penjualan tiket ke jemaah umrah Indonesia kini semakin marak.
Buktinya ada, situasi saat ini di Bandara Internasional Kuala Lumpur (KLIA), jemaah dari seberang (Indonesia) membanjiri dan mengisi hampir 90 persen penerbangan ke Tanah Suci.
“Agensi umrah dari Indonesia rela membeli dengan harga tinggi. Dari informasi yang saya terima, mereka bersedia membayar RM5.000 hingga RM6.000 untuk satu tiket. Kebanyakan transit dari Pekan Baru, Indonesia. Mereka memanfaatkan permintaan yang sangat tinggi dari Indonesia,” kata perwakilan operator umrah setempat.
BH Online dalam laporan halaman depannya kemarin membeberkan aktivitas pengumpulan tiket pesawat umrah yang diduga didalangi beberapa lembaga umrah. Mereka kemudian menjual kembali tiket tersebut dengan harga dua kali lipat.
Sumber tersebut juga mengatakan, situasi ini dinilai tidak adil dan menafikan hak-hak lembaga umrah dan jamaah lokal yang ingin berangkat ke Tanah Suci dengan harga yang wajar menggunakan penerbangan lokal.
“Ini dilema yang kita hadapi sekarang. Kalau harga naik saja tidak masalah, tapi yang sangat mengecewakan dijual juga ke jemaah haji Indonesia,” katanya.
“Tidak dapat disangkal bahwa ketika negara ini dilanda COVID-19 pada fase awal, maskapai penerbangan lokal menawarkan untuk membeli tiket musim umrah tahun ini, tetapi pada saat itu agen kecil kami tidak mampu karena situasi bisnis yang tidak terlalu baik,” tambahnya.
Ia menegaskan, kondisi tersebut tidak boleh terjadi karena dampaknya cukup besar, tidak hanya harga yang melambung tinggi, namun pihak penyelenggara umrah harus mencari cara antara lain dengan menyewa pesawat dan menggunakan penerbangan transit yang biasanya kurang diminati jemaah.
Dia juga mengklaim ada perusahaan umrah Indonesia yang menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan maskapai penerbangan lokal untuk mendapatkan kuota penerbangan mereka.
Mengingkari hak orang
Karena itu, dia mendesak pemerintah untuk mengawasi operator penerbangan lokal yang dianggap melakukan monopoli, bahkan meniadakan hak masyarakat lokal untuk menunaikan umrah dengan harga yang wajar.
Pengusaha umrah, Ahmad Abdullah yang tinggal di Arab Saudi pun mengaku tak punya pilihan selain membayar harga tiket yang mahal.
“Saya sudah janjikan kepada jemaah paket sekitar RM5.000 (sekitar Rp17,6 juta dengan kurs 28 Januari 2023) sampai RM6.000, jadi saya harus menanggung kerugian dari membeli tiket yang dijual seharga RM3.900 per jemaah (sekitar Rp13,7 juta dengan kurs 28 Januari 2023),” urai Ahmad.
“Kalau penerbangan ditunda lagi tentu akan sulit, bagi jemaah dan jika biayanya dinaikkan, akan memberatkan,” kata Ahmad lagi yang berharap pihak berwenang segera menindak tegas monopoli tiket pesawat ini.
“Seharusnya perusahaan penerbangan membatasi penjualan tiket setiap agen umrah, misalnya 30 sampai 40 orang per penerbangan. Dengan begitu, bukan perusahaan umrah besar yang mengemas semua atau menjual ke agen umrah Indonesia,” ujarnya.
Sementara itu, Chief Operating Officer Emraz Travel & Tours Sdn Bhd, Shahrul Izuan Shafie mengatakan, aktivitas pengrusakan tiket oleh lembaga umrah lokal, individu atau perusahaan non-pariwisata dengan dana besar semakin ekstrem dan perlu diberantas.
“Sebagian besar agen umrah kecil terjebak dalam ‘permainan’ ini. Sebelumnya harga minimum yang mereka tetapkan sekitar RM3000 (sekitar Rp10,5 juta dengan kurs 28 Januari 2023) ke atas tapi harga terus naik,” papar Shahrul.
“Bayangkan tiket penerbangan dari KLIA ke Jeddah awalnya hanya sekitar RM3.200 hingga RM3.800 (sekitar Rp11,2 sampai Rp13,4 juta dengan kurs 28 Januari 2023) tapi sekarang dijual RM5,000 ke atas,” tambahnya.
“Inilah yang menyebabkan banyak agen umrah yang tidak bisa menyediakan tiket pesawat, diborong oleh para worm tiket ini,” ujarnya yang juga mengaku ada tiket yang dijual langsung ke agen umrah di Indonesia.
“Anda lihat sendiri situasi di KLIA, hampir setiap hari hanya jemaah umrah Indonesia yang berkumpul menunggu penerbangan ke Jeddah dengan menaiki pesawat dari Malaysia.
Di Kuching, Menteri Pariwisata, Seni dan Budaya Datuk Seri Tiong King Sing belum mendapat informasi mengenai praktik menggelembungkan harga tiket umrah dan menjual ke agen umrah Indonesia.
Raja Sing mengatakan, pihaknya akan coba mendapatkan informasi lebih detail karena sejauh ini belum mendapat laporan soal itu.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"