KONTEKS.CO.ID – Investigasi praktik tidak sehat biaya umrah di Malaysia menduga adanya lima perusahaan umrah telah meraup untung besar.
Investigasi praktik tidak sehat biaya umrah di Malaysia ternyata sudah terendus sejak tahun lalu.
Beberapa agen umrah di Malaysia disinyalir memungut tiket penerbangan yang disediakan oleh maskapai penerbangan lokal ke Tanah Suci, yang menjadi salah satu penyebab naiknya biaya umrah secara mendadak akhir-akhir ini.
Mengungkap hal tersebut, Presiden Perhimpunan Agen Perjalanan Umrah & Haji Malaysia (PAPUH), Datuk Seri Razali Mohd Sham mengatakan, sesuai harga saat ini, tiket pesawat umrah hanya berkisar RM2.700 hingga RM2.800 (sekitar Rp9,5 – 9,8 juta dengan kurs 28 Januari 2023) namun dijual kembali oleh agensi terlibat sekitar RM4,800 hingga RM5,000 (sekitar Rp 16,9 – 17,6 juta dengan kurs 28 Januari 2023).
“Ini adalah satu-satunya alasan peningkatan paket umrah yang dapat kami (Malaysia) kendalikan, tetapi tidak ada tindakan yang tepat untuk memblokir monopoli empat hingga lima perusahaan umrah lokal yang menggabungkan tiket penerbangan dan menjualnya kembali dengan harga lebih tinggi,” beber Razali seperti dilaporkan BH Online Jumat 27 Januari 2023.
“Mereka hanya membayar deposit sekitar 10 persen untuk membeli seluruh tiket satu penerbangan. Hal ini menyebabkan lembaga umrah, terutama yang kecil, tidak bisa membeli tiket langsung dengan maskapai karena semua kursi sudah dipesan,” imbuhnya.
Razali mengatakan, berdasarkan informasi yang diterima pihaknya, aksi tersebut sudah berlangsung lama, dengan sedikitnya 120 ribu tiket pesawat ke Tanah Suci dijual kembali pada tahun sebelumnya.
Monopoli tiket, kata dia, juga menyebabkan beberapa maskapai internasional menaikkan harga tiket penerbangan masing-masing ke Tanah Suci karena tingginya permintaan.
“Situasi semakin parah karena ketika sebuah perusahaan umrah mengambil kesempatan untuk menjual kembali tiket pesawat dengan harga tinggi, maka maskapai internasional lainnya akan mengambil langkah yang sama,” urai Razali.
“Karena tiket pesawat yang disediakan maskapai lokal ke Tanah Suci cepat habis, permintaan yang diterima maskapai internasional juga meningkat, demikian juga penjualan tiket dengan harga lebih tinggi, sekitar RM4.200 hingga 4.500 (sekitar Rp14,8 – 15,8 juta dengan kurs 28 Januari 2023) untuk seorang jamaah haji,” katanya.
Terkait hal itu, Razali mendesak pemerintah segera menindak aksi monopoli tiket pesawat umrah karena dikhawatirkan biaya ibadah akan terus meningkat jika tidak dibenahi.
“Maskapai internasional yang menaikkan harga tiket pesawat bisa untung penuh, tapi maskapai lokal kita yang menjual tiket antara RM2.700 dan RM2.800 untungnya kalah dengan agen yang menjual dari selisih harga hingga RM5.000 itu,” ulas Razali.
“Makanya saya menghimbau maskapai penerbangan untuk melakukan penertiban dan mengusut masalah ini karena menyebabkan lembaga umrah kecil terkena dampak yang signifikan, sementara jamaah harus membayar lebih. Bahkan, ada yang harus menunda umrah tunai karena biayanya melonjak terlalu tajam,” kata Razali lagi.
Ia mengaku pihak PAPUH telah menyampaikan permasalahan tersebut ke kementerian terkait, namun kecewa karena tidak ada tindak lanjut sehingga menyebabkan isu pembatalan tiket pesawat umrah terus berlanjut dan belum ada solusinya.
“Manajemen maskapai lokal juga mengetahui masalah ini, tapi belum ada solusinya,” ujarnya lagi.
Ia mengatakan, beberapa asosiasi biro perjalanan antara lain PAPUH, Malaysian Association of Travel and Travel Agents (MATTA) dan Malaysian Bumiputera Tourism Operating Company Association (BUMITRA) akan membahas isu kenaikan harga paket umrah.
Kemarin, BH Online melaporkan bahwa beberapa calon jemaah harus mengatur ulang perjalanannya karena pembatalan di menit-menit terakhir, selain terbebani ketika harus membayar biaya tambahan mencapai ribuan ringgit.
Menghadapi kemungkinan kenaikan biaya hingga 200 persen, jemaah mengaku tak punya pilihan karena perusahaan penyelenggara umrah lain juga melakukan langkah yang sama dengan menaikkan harga paket.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"