KONTEKS.CO.ID – Ketua DPR RI Puan Maharani berbicara di forum Parliamentary Union of the Organisation of Islamic Cooperation (OIC) atau Konferensi Persatuan Parlemen Negara Anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) ke-17 yang digelar di Aljazair.
Puan menyinggung soal isu Palestina dan partisipasi perempuan bagi negara-negara Islam. Dalam Sesi ke-17 Konferensi Persatuan Parlementer Negara Anggota OKI atau PUIC digelar di International Conference Center (ICC), Aljazair, Senin, 30 Januari 2023. Forum ini dihadiri 40 parlemen negara-negara OKI, termasuk perwakilan dari Palestina.
“Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Saya senang berada di sini, di antara pemimpin-pemimpin parlemen negara-negara Muslim,” kata Puan mengawali pidatonya di PUIC ke-17.
Perempuan pertama yang menjabat sebagai Ketua DPR RI itu mengapresiasi parlemen Aljazair yang menjadi tuan rumah dalam forum PUIC kali ini. Puan memuji parlemen Aljazair yang menyelenggarakan PUIC ke-17 dengan sangat baik.
Puan kemudian berbicara soal tantangan global yang harus diatasi bersama oleh negara-negara Muslim. Mulai dari perang yang berkepanjangan, kerawanan energi dan air, inflasi yang tinggi, hingga meningkatnya ancaman perubahan iklim.
“Krisis telah menjadi normal baru. Semuanya berlangsung tanpa jeda, saling terkait dan lebih rumit, menghancurkan yang paling membutuhkan, negara miskin, dan negara berkembang. Hampir semua negara sangat menderita, sementara dampak pandemi terus berlanjut,” kata Puan.
Ditambahkannya, perang yang belum terselesaikan di Ukraina membawa dunia pada risiko tinggi. Terutama, untuk mengintensifkan persaingan antara kekuatan besar.
Puan kemudian menyinggung soal isu Palestina, mengingat belum banyak perkembangan positif. Belum lagi, kekerasan di Palestina masih terus ada.
“Kondisi di lapangan tidak banyak berubah. Kekerasan, dan berbagai bentuk pelanggaran hak asasi manusia terus terjadi di Palestina. Tidak ada tanda-tanda harapan akan berdirinya negara Palestina yang telah dijanjikan oleh dunia internasional,” katanya.
Puan juga berbicara soal situasi yang terjadi pada beberapa umat Islam yang tinggal di belahan dunia lain, termasuk dengan adanya sejumlah aksi penindasan.
Menurut Puan, reformasi politik di negara-negara Muslim merupakan pendorong yang menentukan bagi perubahan mendasar menuju perbaikan lebih lanjut. Reformasi semacam itu-lah yang dinilai memiliki dampak kuat untuk membuat kemajuan negara-negara Muslim.
Cucu Bung Karno ini menyebut, parlemen harus memastikan bahwa pemerintah benar-benar mewakili kepentingan rakyat. Puan mengingatkan, suara rakyat harus didengar dan diperhitungkan.
“Indonesia, sebagai negara demokrasi berpenduduk terbesar ketiga di dunia dan negara berpenduduk mayoritas Muslim terbesar di dunia, telah menunjukkan bahwa Islam, demokrasi, kemajuan ekonomi, dan modernisasi dapat berjalan seiring,” katanya.
Lebih lanjut, negara-negara Muslim dinilai harus bisa mempromosikan kolaborasi dan solidaritas yang lebih besar. Hal ini demi kepentingan bersama untuk menciptakan perdamaian dan kemakmuran di negara-negara Muslim dan di dunia.
Tak hanya itu, negara-negara Muslim dianggap perlu meningkatkan kerja sama di tengah berbagai tantangan global yang ada saat ini.
“Bukan malah terlibat persaingan kekuatan-kekuatan besar,” ucap peraih dua gelar Doktor Honoris itu.
Di sisi lain, para pemimpin dunia dinilai perlu memberi kesempatan kepada generasi muda untuk mengakses pendidikan tinggi dan pelatihan keterampilan. Hal itu akan menjadi pintu gerbang menuju teknologi canggih.
“Pendidikan adalah investasi masa depan. Kita jangan hanya mengandalkan sumber daya alam sebagai basis pembangunan ekonomi kita. Masa depan kita akan ditentukan oleh kemampuan kita merangkul ilmu pengetahuan dan teknologi,” ujarnya.
Selain itu, negara-negara Islam perlu meningkatkan partisipasi perempuan dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk di bidang politik.
“Kita harus menunjukkan bahwa perempuan bisa unggul dalam komunitas Muslim. Saya sebagai Ketua DPR RI, mewakili kemajuan perempuan di negara saya, negara mayoritas muslim terbesar,” tegas Puan.
Kemajuan di negara-negara Muslim akan sangat dipengaruhi oleh kesediaan pemimpin untuk memberikan kesempatan yang sama bagi perempuan untuk berkontribusi dalam proses pembangunan.
“Untuk mencapai modernisasi dan kemajuan pembangunan, perempuan sangat penting, karena mereka merupakan setengah dari populasi dunia,” katanya.
Pada forum PUIC, Puan juga berbicara mengenai tantangan jangka panjang negara-negara Muslim selama beberapa dekade ini. Salah satunya perpecahan yang membuat negara-negara Muslim tidak berdaya di pentas global.
Negara-negara Muslim penting untuk bersatu agar dapat memainkan peran yang sangat strategis dalam mengatasi tantangan global. Termasuk menciptakan perdamaian, meningkatkan taraf hidup, dan mengurangi emisi.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"