KONTEKS.CO.ID – Ada indikasi Vladimir Putin memasok rudal yang jatuhkan MH17 pada 2014 bisa disimak selengkapnya dalam artikel berikut ini.
Ada indikasi Vladimir Putin memasok rudal yang menjatuhkan penerbangan MH17 pada 2014, kata penyelidik internasional.
Seperti diketahui, pesawat itu dihantam oleh rudal buatan Rusia di atas Ukraina, menewaskan hampir 300 orang.
Jaksa mengatakan ada indikasi kuat bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin memutuskan untuk memberikan rudal tersebut kepada separatis yang didukung Moskow.
Tidak ada saran bahwa Putin memerintahkan pesawat untuk ditembak jatuh.
Pada bulan November 2022, pengadilan Belanda menemukan tiga pria – dua orang Rusia dan seorang Ukraina – bersalah atas pembunuhan in absentia karena terlibat dalam jatuhnya MH17.
Jaksa penuntut mengatakan pada Rabu 8 Februari bahwa mereka telah kehabisan semua petunjuk dan tidak dapat melanjutkan proses pidana lagi.
Kronologi jatuhnya penerbangan MH17 adalah kala pesawat Boeing 777 sedang terbang dari ibu kota Belanda ke Kuala Lumpur dan dihantam oleh rudal darat-ke-udara buatan Rusia pada Juli 2014 selama konflik antara pemberontak pro-Rusia dan pasukan Ukraina di wilayah Donbas, Ukraina.
Dari 298 penumpang dan awak, 196 orang Belanda jadi korban, sementara banyak penumpang lainnya berasal dari Malaysia, Australia, Inggris, Belgia, dan negara lain.
Dalam sebuah pernyataan, Tim Investigasi Gabungan mengatakan pengadilan memutuskan bahwa Moskow memiliki “kendali menyeluruh” atas Republik Rakyat Donetsk, yang menguasai wilayah itu pada Juli 2014.
Ini mengutip percakapan telepon yang direkam di mana para pejabat Rusia mengatakan bahwa keputusan untuk memberikan dukungan militer “berada di tangan Presiden”.
“Ada informasi konkret bahwa permintaan separatis itu disampaikan kepada presiden, dan permintaan itu dikabulkan,” kata jaksa penuntut.
Namun belum diketahui apakah permintaan tersebut “secara eksplisit menyebutkan” sistem yang digunakan untuk menembak jatuh MH17.
“Meskipun kami berbicara tentang indikasi kuat, bukti lengkap dan konklusif yang tinggi tidak tercapai,” kata para penyelidik menambahkan seperti dilaporkan BBC.
“Selain itu, Presiden menikmati kekebalan dalam posisinya sebagai Kepala Negara.”
Tim Investigasi Gabungan terdiri dari anggota dari Belanda, Australia, Belgia, Malaysia, dan Ukraina sebagai negara-negara yang paling parah terkena dampak penembakan MH17.
Tim tersebut ingin membuktikan identitas awak rudal tersebut, dan siapa yang berada dalam rantai komando, namun mengakui hal itu tidak mungkin dilakukan untuk saat ini.
Rusia menyangkal semua keterlibatan dan menolak vonis Belanda tahun lalu sebagai skandal dan bermotivasi politik.
Adapun Piet Ploeg kehilangan saudara laki-lakinya, istri saudara laki-lakinya, dan keponakannya di MH17. Dia mengatakan dia senang jaksa telah meletakkan bukti mereka untuk keterlibatan Putin.
“Kami tidak bisa berbuat banyak dengan itu, Putin tidak bisa dituntut,” katanya. “Kami ingin tahu siapa yang pada akhirnya bertanggung jawab dan itu sudah jelas.”
Pada Januari 2023, Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa mendengarkan kasus Belanda yang terpisah melawan Rusia atas jatuhnya MH17.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"