KONTEKS.CO.ID – Protes massal yang terjadi di Iran saat ini masih belum menunjukka tanda tanda mereda. Aksi massa menjadi berdarah saat polisi menanggapinya dengan kekerasan. Pihak berwenang mengakui setidaknya enam orang telah tewas dalam beberapa hari kerusuhan.
Dalam komentar yang diterbitkan Rabu, para pejabat Iran mengatakan empat orang tewas dalam insiden kekerasan di provinsi barat laut Kurdistan, sementara dua lagi tewas dalam kerusuhan di provinsi tetangga Kermanshah.
Pemicu kerusuhan
Kerusuhan tersebut dipicu akibat tewasnya Mahsa Amini, wanita muda Kurdi Iran yang meninggal di Teheran pada 16 September, tiga hari setelah polisi moral menangkapnya karena diduga memperlihatkan terlalu banyak rambutnya di depan umum saat dia mengunjungi ibukota Iran.
Amini mengalami koma tak lama setelah ditahan bersama wanita lain di kantor polisi Teheran dan kemudian meninggal di rumah sakit, menurut keluarga dan rumah sakit. Keluarganya menuduh pihak berwenang menyerangnya secara fisik, tetapi polisi membantah penganiayaan dan mengatakan tanpa memberikan bukti bahwa dia menderita serangan jantung. Kerabat mengatakan Amini tidak memiliki riwayat masalah medis yang serius.
Amnesty International Beberkan Bukti Kekerasan
Seperti dilansir VOA, pihak berwenang Iran menyalahkan kekerasan pada agen kontra-revolusioner. Tetapi kelompok hak asasi yang berbasis di London Amnesty International mengatakan pada hari Rabu bahwa mereka memiliki bukti bahwa pasukan keamanan Iran telah membubarkan sebagian besar pengunjuk rasa damai menggunakan metode yang melanggar hukum, seperti menembakkan birdshot dan pelet logam lainnya, gas air mata dan meriam air, dan memukuli orang dengan tongkat.
Laporan Amnesty International mengatakan kelompok itu mencatat pembunuhan delapan pengunjuk rasa oleh pasukan keamanan pada Senin dan Selasa, termasuk empat di Kurdistan, dua di Kermanshah dan dua di provinsi Azerbaijan Barat. Dikatakan korban tewas termasuk enam pria, satu wanita dan satu anak.
Kelompok hak asasi mengatakan ratusan orang lagi, termasuk anak-anak, telah ditangkap dengan kejam dan menderita luka yang menyakitkan akibat tembakan burung dan amunisi lainnya.
“Di beberapa tempat, beberapa pengunjuk rasa terlibat dalam pelemparan batu dan merusak kendaraan polisi. Ini sama sekali tidak membenarkan penggunaan pelet logam, yang dilarang dalam semua keadaan,” tambah Amnesty International. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"