KONTEKS.CO.ID – Geger karikatur Charlie Hebdo menghina korban gempa Turki-Suriah untuk selengkapnya bisa disimak dalam artikel berikut.
Geger karikatur Charlie Hebdo menghina korban gempa Turki-Suriah mendapat kecaman dari berbagai pihak.
Mingguan satir Prancis kontroversial, Charlie Hebdo, mendapat kecaman dari berbagai pihak karena menerbitkan karikatur tragedi gempa Turki-Suriah dengan judul: ‘Tidak perlu mengirim tank.’
Karikatur tersebut, digambar oleh kartunis Pierrick Juin dan diposting di akun Twitter surat kabar tersebut, menampilkan bangunan yang runtuh, mobil yang terbalik, dan puing-puing.
Di antara tokoh Muslim yang mengkritik karikatur tersebut adalah ulama dan pemimpin hak-hak sipil di Amerika Serikat (AS), Omar Suleiman, yang menganggap publikasi tersebut tercela karena mengolok-olok kematian puluhan ribu korban gempa Turki-Suriah, sehingga menjadi sinyal pamungkas bagaimana Prancis merendahkan martabat manusia, dalam hal ini muslim dalam segala hal.
Sementara itu, Profesor Hukum dan penulis The New Crusades: Islamophobia and the Global War on Muslims, Khaled Beydoun, menegaskannya sebagai keji, rasis, dan sangat tidak sensitif.
Wartawan dan koresponden perang CNN, Bilal Abdul Kareem juga mengolok-olok surat kabar mingguan tersebut karena menggambarkan artis Charlie Hebdo sedang menertawakan mereka yang kehilangan nyawa dan harta benda, rumah dan anak-anak dalam bencana tersebut.
Untuk Editor Situs Web Muslim Inggris, 5Pillars dan penulis Confessions of a Muslim Journalist, Roshan M Salih, menggambarkan mingguan Prancis yang rasis dan Islamofobia itu telah mengubah tragedi di Turki menjadi lelucon.
“Jika ribuan orang Prancis mati, Yahudi, LGBT atau kelompok lainnya, maka Charlie Hebdo tidak akan menyentuhnya. Namun, jika hanya melibatkan umat Islam, maka tidak ada masalah (diolok-olok),” ujarnya.
Karikatur tersebut tidak hanya mendapat keberatan dari tokoh Muslim, tetapi juga diejek oleh tokoh non-Muslim seperti politisi dan jurnalis Jerman, Jurgen Todenhofer, yang menggambarkan tindakan Charlie Hebdo menjijikkan karena mengolok-olok penderitaan orang lain.
Bahkan, para pegiat seni digital dan kartunis Muslim juga memproduksi karikatur untuk memprotes dan merespon aksi Charlie Hebdo.
Koran satir ini bukan kali pertama menghina Islam dan umatnya, malah berkali-kali menerbitkan karikatur, termasuk menghina Nabi Muhammad SAW.
Pada 9 Februari 2006, Charlie Hebdo menerbitkan kartun yang menghina Nabi Muhammad SAW termasuk menerbitkan ulang 12 kartun gambar yang menghina yang telah diterbitkan di sebuah surat kabar Denmark.
Tak terpengaruh dengan aksi keji tersebut, surat kabar satir itu kembali menerbitkan sederet kartun yang menghina Nabi Muhammad SAW yang bahkan lebih menjijikan di tahun 2012.
Pada 2020, Charlie Hebdo kembali menerbitkan kartun yang menghina Nabi SAW, sehingga berujung pada penyerangan di luar kantornya yang mengakibatkan dua orang luka berat.
Reaksi kekerasan itu bukan yang pertama kali karena pada Januari 2015, kantor surat kabar satir tersebut diserang oleh teroris yang menewaskan 12 orang terkait dengan tindakan surat kabar tersebut yang menghina Islam atas kebebasan berekspresi.
Pada November 2011, kantor surat kabar satir itu dibom dan dibakar namun tidak ada yang tewas.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"