KONTEKS.CO.ID – Masha Amini pasti tidak akan menyangka, kunjungannya ke ibu kota Teheran 13 September lalu menjadi hari terakhirnya. Gadis berusia 22 tahun itu meninggal di Teheran pada 16 September, tiga hari setelah polisi moral menangkapnya karena diduga memperlihatkan terlalu banyak rambutnya di depan umum saat dia mengunjungi ibukota Iran.
Amini mengalami koma tak lama setelah ditahan bersama wanita lain di kantor polisi Teheran dan kemudian meninggal di rumah sakit, menurut keluarga dan rumah sakit. Keluarganya menuduh pihak berwenang menyerangnya secara fisik, tetapi polisi membantah penganiayaan dan mengatakan tanpa memberikan bukti bahwa dia menderita serangan jantung. Kerabat mengatakan Amini tidak memiliki riwayat masalah medis yang serius.
Protes publik terhadap kematian Amini dimulai Jumat lalu di beberapa bagian Iran dan menyebar dengan cepat ke daerah lain minggu ini, mencapai 23 dari 31 provinsi Iran pada Rabu lalu. Sebagaimana disadur dari VOA.
Orang-orang Iran yang diasingkan berunjuk rasa di New York dan Istanbul untuk hari kedua berturut-turut pada hari Rabu dalam solidaritas dengan para pengunjuk rasa di Iran.
Sekitar 150 orang bergabung dalam rapat umum di Dag Hammarskjöld Plaza New York yang berdekatan dengan PBB untuk mengecam penguasa Islam Iran, termasuk Presiden Ebrahim Raisi, yang berpidato di Majelis Umum badan dunia pada hari sebelumnya.
Seorang reporter VOA pada rapat umum yang diadakan oleh Organisasi Masyarakat Iran Amerika mengamati para peserta yang memegang foto Mahsa Amini dan meneriakkan namanya.
Presiden Iran Raisi tidak menyebut protes di luar gedung PBB atau di negara asalnya dalam pidatonya. Sebaliknya, dia mengatakan kepemimpinan Islam Iran menjunjung tinggi hak asasi manusia dan menolak “standar ganda” dari beberapa pemerintah yang katanya fokus “pada satu sisi dan tidak pada semua [sisi] secara setara.”
Ratusan orang gelar protes di konsulat Iran di Istanbul
Wartawan lain di Istanbul melihat kerumunan sekitar 250 orang berkumpul di luar konsulat Iran. Para peserta termasuk aktivis hak-hak perempuan Iran di pengasingan Nasiba Shamsaei, yang memotong rambutnya untuk mengenang Mahsa Amini dan untuk mendukung perempuan lain di Iran yang telah melakukan hal yang sama di depan umum dan dalam video media sosial yang diposting dalam beberapa hari terakhir.
Secara terpisah, presiden Iran Raisi telah menjanjikan penyelidikan atas kematiannya. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"