KONTEKS.CO.ID – Meluasnya foto kolase Mahsa Amini semasa hidup dan saat diruang ICU, dianggap menjadi pemicu meluasnya kerusuhan. Pemerintah Iran pun mensensor internet untuk mencegah disinformasi kasus ini.
Demikian artikel ini diposting ulang dari VOA, beberapa video media sosial berisi rekaman protes anti-pemerintah oleh mahasiswa Iran di lima universitas pada hari Rabu, empat di antaranya di Teheran. Mereka termasuk Universitas Allameh Tabataba’i di ibukota Iran, Universitas Alzahra, Cabang Sains dan Penelitian Universitas Islam Azad dan Universitas Teheran, dan Universitas Semnan.
Berbagi gambar seperti itu melalui media sosial menjadi lebih sulit bagi orang Iran pada hari Rabu, karena akses ke aplikasi populer Amerika Instagram terganggu.
Grup pemantau internet yang berbasis di London NetBlocks mentweet bahwa akses Instagram telah dibatasi pada semua penyedia internet utama di Iran. Disebutkan bahwa aplikasi, yang dimiliki oleh perusahaan AS Meta, adalah salah satu platform media sosial terakhir yang tersedia di negara tersebut.
Pihak berwenang Iran berulang kali telah memutus akses internet di beberapa bagian negara atau nasional untuk mencoba memadamkan gelombang protes anti-pemerintah sebelumnya dalam beberapa tahun terakhir. Tidak ada komentar langsung dari pemerintah Iran tentang pemblokiran Instagram pada hari Rabu.
Masha Amini, yang berusia 22 tahun itu meninggal di Teheran pada 16 September, tiga hari setelah polisi moral menangkapnya karena diduga memperlihatkan terlalu banyak rambutnya di depan umum saat dia mengunjungi ibukota Iran.
Amini mengalami koma tak lama setelah ditahan bersama wanita lain di kantor polisi Teheran dan kemudian meninggal di rumah sakit, menurut keluarga dan rumah sakit. Keluarganya menuduh pihak berwenang menyerangnya secara fisik, tetapi polisi membantah penganiayaan dan mengatakan tanpa memberikan bukti bahwa dia menderita serangan jantung. Kerabat mengatakan Amini tidak memiliki riwayat masalah medis yang serius.
Protes publik terhadap kematian Amini dimulai Jumat lalu di beberapa bagian Iran dan menyebar dengan cepat ke daerah lain minggu ini, mencapai 23 dari 31 provinsi Iran pada Rabu. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"