KONTEKS.CO.ID – Insiden laser militer China ke kapal patroli Filipina berbuntut panjang. Amerika Serikat (AS) siap ikut campur. Selengkapnya simak di sini.
Insiden laser militer China ke kapal patroli Filipina memantik campur tangan Amerika Serikat (AS) seturut itu menjadi aksi provokatif terhadap sekutunya di Pasifik.
Amerika Serikat (AS) menegaskan kembali peringatannya akan membela sekutunya, Filipina, jika diserang di Laut China Selatan setelah bentrokan terbaru antara kapal Penjaga Pantai negara itu dan kapal Penjaga Pantai China.
Bentrokan itu terjadi 6 Februari 2023 ketika sebuah kapal Penjaga Pantai China menembakkan laser tingkat militer untuk mencegah kapal patroli Filipina, BRP Malapascua mendekati Second Thomas Shoal untuk mengirimkan pasokan ke pasukan Filipina di sana.
Presiden Filipina, Ferdinand Marcos Jr, menelepon Duta Besar China, Huang Xilian di Manila pada Selasa 15 Februari 2023 untuk mengungkapkan keprihatinannya yang serius atas kasus tersebut.
Sekretaris Komunikasinya, Cheloy Garafil, mengatakan di antara masalah yang muncul adalah meningkatnya frekuensi dan tindakan keras China terhadap penjaga pantai dan nelayan Filipina, namun tidak berkomentar lebih lanjut.
Departemen Luar Negeri secara terpisah mengirimkan protes diplomatik dengan pernyataan keras ke Kedutaan Besar China, mengecam setiap bayangan, gangguan, gerakan berbahaya, laser tingkat militer, dan intersepsi radio oleh kapal China.
Perlu diketahui, China mengklaim hampir seluruh Laut China Selatan, menempatkannya dalam klaim yang tumpang tindih dengan beberapa negara Asia Tenggara, di wilayah yang kaya akan sumber daya mineral dan di antara jalur pelayaran tersibuk di dunia.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin kemarin mengatakan bahwa kapal penjaga pantai Filipina masuk tanpa izin di perairan China.
“Penjaga pantai China merespons secara profesional dan dengan kontrol di lokasi sesuai dengan hukum China dan hukum internasional,” katanya, tanpa menjelaskan atau menyebutkan penggunaan laser apa pun.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price mengatakan perilaku China secara langsung mengancam perdamaian dan stabilitas regional, melanggar kebebasan navigasi di Laut China Selatan sebagaimana dijamin oleh hukum internasional dan merusak tatanan internasional.
“AS berdiri dengan sekutu kami, Filipina,” koar Ned Price dalam sebuah pernyataan, menambahkan bahwa tindakan penjaga pantai China yang provokatif dan tidak aman, telah mengganggu operasi Filipina yang sah di sekitar Second Thomas Shoal, seperti dilansir dari BH Online.
Ned Price mengatakan serangan bersenjata terhadap angkatan bersenjata Filipina, kapal atau pesawat sipil, termasuk Penjaga Pantai di Laut China Selatan, akan memicu komitmen pertahanan AS sesuai perjanjian 1951.
Perjanjian tersebut mewajibkan sekutu untuk saling membantu dan membela jika terjadi serangan dari luar.
Washington tidak mengklaim perairan yang disengketakan, tetapi mengerahkan pasukannya untuk berpatroli di perairan untuk mempromosikan kebebasan navigasi dan penerbangan.
Langkah tersebut telah membuat marah Beijing, dengan peringatan ke Washington untuk berhenti mencampuri apa yang dikatakannya sebagai sengketa Asia.
Adapun sebelumnya, Angkatan Laut China telah dituduh menggunakan laser tingkat militer di masa lalu terhadap pesawat militer Australia yang berpatroli di Laut China Selatan dan di tempat lain di Pasifik.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"