KONTEKS.CO.ID – Filipina tingkatkan kekuatan militer di Laut China Selatan. Apakah ini buntut dari laser militer China beberapa hari lalu?
Filipina tingkatkan kekuatan militer di Laut China Selatan. Filipina disebut menyalahkan Beijing karena ‘mengoyahkan’ kawasan Laut Cina Selatan.
Filipina pada Jumat 17 Februari 2023 menuduh Beijing mengganggu stabilitas perdamaian di Laut China Selatan dan bergerak untuk meningkatkan kehadiran pasukannya di wilayah tersebut di tengah meningkatnya ketegangan.
China mengklaim Laut China Selatan yang strategis dan kaya sumber daya hampir seluruhnya dan aktivitas militernya di wilayah maritim yang disengketakan telah meningkat, merambah bagian perairan Filipina, Laut Filipina Barat.
Awal pekan ini, Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. memanggil duta besar Beijing untuk Manila setelah kapal China menggunakan laser militer untuk memblokir kapal penjaga pantai di daerah tersebut.
Insiden itu terjadi beberapa hari setelah Filipina memberi AS akses yang diperluas ke pangkalan militernya, memberi pasukan Amerika Serikat pijakan strategis karena ketegangan tumbuh tidak hanya di Laut China Selatan yang disengketakan, tetapi juga Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri.
Departemen Luar Negeri Filipina meminta Beijing untuk menahan aktivitasnya, yang katanya “merusak dan berbahaya”.
“Ini juga mengganggu stabilitas dan perdamaian di kawasan,” beber juru bicara departemen, Teresita Daza, dalam jumpa pers yang dilaporkan CNA.
Penjaga Pantai Filipina telah meningkatkan pasukannya di Laut China Selatan dalam sebuah langkah yang diumumkan pada hari Jumat mengikuti “arahan Presiden Ferdinand ‘Bongbong’ Marcos Jr. untuk memperkuat dan meningkatkan kehadiran dan operasi Penjaga Pantai Filipina” di wilayah tersebut.
Huang Xilian, utusan China untuk Manila, mengatakan dalam konferensi pers pada hari Jumat bahwa ada “kurangnya komunikasi.”
“Saya pikir kedua belah pihak harus menahan diri dan tidak mengambil tindakan sepihak dan provokatif. Anda tahu pada akhirnya, bahwa air adalah wilayah yang disengketakan. Kami memiliki pandangan yang berbeda tentang apa yang terjadi dan juga pemahaman yang berbeda,” tutur Huang Xilian.
Ketegangan telah meningkat meskipun Marcos melakukan kunjungan kenegaraan ke Beijing bulan lalu, di mana dia setuju dengan timpalannya dari China, Xi Jinping, untuk membentuk hotline antar pemerintah tentang masalah maritim.
“Kami mengaktifkan komunikasi antara dua penjaga pantai, dan kami juga menjajaki beberapa mekanisme baru,” ujar Huang.
“Dengan banyaknya kejadian yang telah terjadi, kami percaya bahwa kami perlu menyelesaikan ini melalui ‘konsultasi ramah’ agar masalah tidak meningkat dan meningkat ke situasi seperti itu,” tandasnya.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"