KONTEKS.CO.ID –Media Amerika dan berbagai akun sosial media menyebarkan rumor Presiden Cina Xi Jinping telah dicopot dari jabatannya sebagai Kepala Komisi Militer Pusat dan tengah menjalani penahanan di sebuah pangkalan militer.
Rumor tersebut dihembuskan jelang Kongres Nasional Partai Komunis China (PKC) yang akan digelar pada 16 Oktober mendatang. Isu tersebut menyebutkan pencopotan jabatan Xi dan penahanannya dilakukan oleh dewan kolonel yang terdiri dari para perwira senior yang tidak ingin Xi kembali menjadi presiden untuk ketiga kalinya.
Kabar burung ini juga menghembuskan terjadinya gesekan antar faksi pimpinan dalam tubuh partai. Disebutkan Jenderal Li Qiaoming yang menggantikan posisi Xi sebagai Kepala Komisi Militer Pusat.
Di sosial media beberapa akun yang diduga terkait dengan kelompok kontra Beijing yang memiliki follower lebih dari 200ribu mentwit rumor tersebut. Jennifer Zeng merupakan aktivis hak asasi manusia Cina yang tinggal di AS.
Akun lainnya Nepal Correspondence turut memposting hal serupa.
Hal serupa juga dilakukan oleh akun dari Indonesia yang memiliki follower lebih dari 250 ribu.
Akun ini mengomentari postingan Jennifer Zheng dengan komentar mempertanyakan dan berharap hal tersebut tidak benar.
Gordon G Chang, seorang penulis buku dari kelompok kontra Beijing dalam akunnya yang memiliki pengikut hampir 200ribu turut menghembuskan kabar tersebut. Chang sendiri saat ini tinggal di AS dan aktif memberikan literasi tentang politik Cina.
Chang dalam interviewnya dengan NewsMax mengatakan kabar tersebut seperti berputar putar dalam lingkaran dan kemungkinan tidak benar. Namun signifikan.
Isu kudeta di Cina bukan pertama kalinya dimainkan untuk memanaskan situasi dalam negeri. Rumor ini strategis dimainkan ditengah perhelatan Kongres Nasional Partai Komunis China (PKC) yang akan digelar pada 16 Oktober mendatang.
Tujuannya adalah instabilitas politik dalam negeri untuk mendorong keresahan sosial, gesekan antar pemimpin faksi di elit politik dan mendorong gerakan dari pemimpin kelompok elit politik yang termakan rumor untuk melakukan gerakan.
Berbagai pemberitaan media mainstream di Cina tidak memperlihatkan tanda tanda yang mengkonfirmasi rumor tersebut, yang berarti adalah berita palsu. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"