KONTEKS.CO.ID – Berbagai kebijakan yang digulirkan oleh presiden Cina adalah konsep dari sekjen Partai Komunis Cina (PKC). Mulai dari kebijakan pembatasan tarif untuk menghadapi “perang dagang” Amerika Serikat, pembangunan jembatan terpanjang di atas laut di HK-Macau-Zhuhai, Belt And Road Initiative. Sekjen merancang dan menguji kebijakan, sedangkan perdana menteri yang mengeksekusi.
Awalnya sekjen partai bukan posisi tertinggi di dalam partai, melainkan Chairman yang dipegang Mao Zedong sampai akhir hayatnya. Hanya saja jabatan ini dihapus sebagai bentuk penyesalan Cina terhadap Revolusi Kebudayaan. Ya, Cina juga menyesali dan mengutuk Revolusi Kebudayaan.
Saat ini posisi terkuat di Cina adalah Pimpinan Komisi Militer, yang dipimpin oleh presiden Cina Xi Jinping. Demikian seperti ditulis di Quora.
Posisi inilah yang secara otomatis membuat Xi Jinping menjadi Paramount Leader of China, Pemimpin tertinggi dari Cina. Pimpinan Komisi Militer mempunya otoritas tertinggi terhadap People’s Liberation Army (PLA) atau Tentara Pembebasan Rakyat atau TNI nya Cina dan Kepolisian atau Polri nya Cina. Pimpinan Komisi Militer juga yang punya wewenang terhadap penggunaan senjata nuklir Cina.
Sangat jarang orang menyadari bahwa kekuatan terbesar ada di posisi Pimimpin Komisi Militer Pusat karena jabatan ini merangkap dengan posisi lain seperti sekretaris umum. Tetapi jika melihat kepada sejarah, semuanya jelas.
Deng Xiaoping, pimpinan tertinggi dari Cina di tahun 1980-an yang menginisiasi reformasi ekonomi kebijakan membuka diri, tidak pernah menjadi presiden, perdana menteri, ataupun sekretaris umum. Beliau adalah pimpinan komisi militer, tetapi karena jabatan ini Deng bisa juga mengatur kebijakan-kebijakan dari Cina. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"