KONTEKS.CO.ID – Amerika Serikat (AS) pernah merasakan panas dingin akibat Uni Sovyet menempatkan rudal nuklirnya di Kuba, yang hanya berjarak 140 km dari Miami. Krisis Cuba adalah sebuah konflik selama 14 hari antara AS vs Uni Soviet – Kuba yang terjadi di bulan Oktober 1962.
Latar belakang dari krisis itu adalah keputusan AS untuk menempatkan missil di Italia dan Turki dan invasi AS di Bay of Pigs Cuba yang gagal. Setelah Bay of Pigs, Fidel Castro mampir dan nongkrong ditempat Nikita Kruschev. Tujuan Castro adalah meminta dukungan persenjataan Kruschev guna melawan invasi AS, yang sewaktu-waktu bisa saja terjadi kembali.
Dari hasil nongkrong semabri isap cerutu dan minum wine itulah lahir ide “memberi pelajaran AS.” Akhirnya kedua pemimpin ini pun melakukan kesepakatan. Skala bantuan sangat besar jauh melebihi “bantuan persenjataan bagi negara sahabat.”bantuan etrsebut terdiri dari missil nuklir, skuadron tempur termasuk pembom lengkap dengan para pilotnya, artileri dan pasukan Soviet. Dengan Kuba hanya berjarak 140 km dari Florida dan kini menjadi basis militer Soviet. Jelas ini ancaman yang serius bagi AS.
Salah satu faktor yang mendorong Kruschev begitu berani mengambil langkah untuk mengintimidasi AS ini adalah pengenalannya atas diri Kennedy. Tahun 1961, Khruschev bertemu Kennedy di Vienna Summit untuk membicarakan proliferasi nuklir. Pada saat itu Kennedy benar-benar “digarap dan dihabisi” Kruschev, seperti diakui oleh Kennedy sendiri, “He just beat the hell out of me.”
Dimata Kruschev Kennedy hanyalah seorang pemuda tampan yang blo’on dan sangat tidak kompeten sebagai pemimpin khususnya politik global. Dengan demikian Kruschev yakin dia akan mudah memanipulasi dan mengintimidasi Kennedy. Sebagaimana diambil dari Quora.
Krisis pun pecah dibulan Oktober 1962 khususnya pada saat pesawat mata-mata U2 AS ditembak jatuh dan awaknya tewas dalam misinya ke Kuba. Para pemimpin dan masyarakat AS panik karena resiko missil Soviet yang berada didepan hidungnya. Sebuah langkah ceroboh akan langsung membuka resiko serangan nuklir ke Washington, Chicago dan New York. Dengan demikian opsi serangan militer tidak terbuka bagi AS.
Krisis pun akhirnya diselesaikan dengan perundingan yang intensif selama bulan Oktober. Akhirnya, Soviet setuju untuk menarik mundur seluruh missil, skuadron tempur dan pembom dari Kuba dan sebagai gantinya AS menarik mundur missilnya dari Itali dan Turki dan tidak akan melakukan invasi militer ke Kuba. Jadi upaya Kruschev dan Castro “menggarap” Kennedy berhasil karena seluruh tujuan yang diinginkan tercapai. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"