KONTEKS.CO.ID – Awal tahun 1965 terjadi desas desus dikalangan militer Indonesia, bahwa Pemimpin Besar Revolusi Soekarno tengah mengembangkan senjata nuklir. Namun tidak ada seorang jendral pun yang mengonfirmasi.
Rumor tersebut terjawab saat Sukarno berpidato di Muktamar Muhammadiyah ke-36, Bandung 24 Juli 1965. “Insya Allah dalam waktu dekat ini kita akan berhasil membuat bom atom sendiri.”
Pernyataan tersebut menghentak dunia, mengingat saat itu tensi perang dingin antara blok barat dan blok timur sedang tinggi tingginya. Ditambah posisi Soekarno ditingkat internasional sebagai tokoh gerakan non blok.
Untuk pertama kalinya, Sukarno menunjukan dukungan terhadap rencana pengembangan senjata nuklir yang santer telah dibicarakan di lingkaran militer selama delapan bulan sebelumnya. Dalam pidatonya Soekarno mengaku bom Atom tersebut hanya untuk sekedar untuk menjaga kedaulatan tanah air.
Hal ini sebenarnya cukup kontradiktif, mengingat selama ini sikap Indonesia menolak senjata nuklir. Namun ada peristiwa yang membuat Soekarno berubah pikiran, yakni saat Cina mengumumkan berhasil membuat bom atom. Indonesia membentuk Lembaga Tenaga Atom (LTA) pada tahun 1958 sebagai tanda tanda persiapan. Setelahnya, Sukarno semakin percaya diri.
Hingga puncaknya adalah pidato di Muktamar Muhammadiyah ke-36 dan bahkan surat kabar Angkatan Bersenjata edisi 28 Juli 1965 mengatakan bahwa uji coba peledakan bom atom pemerintah Indonesia akan dilaksanakan usai Konferensi Asia-Afrika yang dijadwalkan akan diadakan di Aljazair pada bulan Oktober.
Setelah itu, terjadilah prahara 1965 yang mengubah lansekap politik nasional. Soekarno pun terhempas. Dan ambisi menjadi negara pemilik nuklir pun terkubur selamanya. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"