KONTEKS.CO.ID – Jebakan utang China. Ketika sejumlah negara mulai bertumbangan dengan menyerahkan asetnya karena tak sanggup membayar cicilan utang, Pemerintah Eritrea menolak keras kampanye sebutan jebakan utang China.
Presiden Eritrea, Isaias Afwerki, menolak klaim China telah menciptakan “perangkap utang” untuk negara-negara Afrika. Dia menuding tuduhan tersebut sebagai upaya untuk mencemarkan nama baik hubungan China-Afrika.
Media Pemerintah China, CGTN, melaporkan, Mei 2023 menjadi penanda tahun ke-30 hubungan diplomatik antara China dan Eritrea.
Selama kunjungan kenegaraan ke Beijing pada bulan ini, Afwerki mengatakan, retorika yang digunakan oleh beberapa media Barat bertujuan merusak upaya China untuk mempromosikan kerja sama di seluruh benua.
Diberitakan sebelumnya, sejumlah negara yang dulu bahagia dengan pinjaman Beijing, kini justru menderita. Mereka dalam tekanan ekonomi besar, bahkan menuju kebangkrutan.
Tak sedikit yang terjebak pinjaman utang China sehingga terdorong ke jurang kolaps. Bahkan terpaksa menyerahkan aset maupun pulaunya untuk kepentingan Beijing.
Aset diserahkan untuk dikelola oleh China dengan durasi sangat panjang, hingga mendekati 100 tahun. Tak hanya itu, ada kepulauan dengan posisi strategis yang dijadikan “agunan” pembayaran utang.
Merangkum sejumlah pemberitaan, berikut negara-negara yang jatuh dalam jeratan utang China:
1. Sri Lanka
Pemerintah Sri Lanka tak bisa menunaikan kewajiban keuangannya terhadap China lantaran tingginya nilai utang yang ditanggung.
Uang utang dari Beijing digunakan dalam sejumlah proyek infrastruktur besar. Di antaranya, Pelabuhan Hambantota.
Sementara dampak dari pelabuhan tidak seperti yang diharapkan. Ini mendorong macetnya pembayaran utang ke Beijing.
Pada 2017, Kolombo harus memberikan hak pengelolaan pelabuhan tersebut kepada China selama 99 tahun. Ini sebagai bagian dari restrukturisasi utang Sri Lanka.
2. Pakistan
Senasib dengan Sri Lanka, Pakistan tengah menghadapi tekanan besar dari rakyatnya akibat buruknya situasi ekonomi.
Melalui Proyek Jalur Ekonomi Koridor China-Pakistan (CPEC), negara Islam ini menerima pinjaman besar untuk menggelar megaproyek infrastruktur. Tetapi saat utang masih berjalan, karena diterpa defisit ekonomi yang tinggi sehingga kesulitan membayar cicialan utangnya untuk Beijing.
Berdasarkan laporan Institute of International Finance (IIF) tahun 2020, China mengguyur Pakistan hingga USD45 miliar.
3. Kenya
Kenya mendapatkan manfaat dari proyek infrastruktur yang diutangi oleh lembaga keuangan China. Sayangnya tekanan utang yang melonjak membuat negara Afrika ini dalam tekanan ekonomi. Utang dari China digunakan untuk proyek seperti jalur kereta api serta pelabuhan.
Para ahli ekonomi dunia memprediksi Kenya bakal kesulitan membayar utang yang diberikan Beijing.
4. Maladewa
Negara Kepulauan ini ikut terjerat utang besar yang digelontorkan China. Utang-utang itu digunakan untuk membiayai kegiatan infrastruktur semisal bandara dan jembatan.
Nah saat mereka kesulitan membayar utang, China menyita aset strategis seperti bandara internasional dan pulau-pulau penting. Centre for Global Development pada 2019 melaporkan utang mereka terhadap Beijing tembus 47% dari jumlah utang luar negeri Maladewa. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"