KONTEKS.CO.ID – Demi mengamankan aliran minyak ke pasar domestik dan Eropa, Amerika Serikat (AS) sedang mempertimbangkan pelonggaran sanksi terhadap Venezuela. Demikian dilaporkan Wall Street Journal mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya.
Chevron sempat mendapat sanksi AS saat bersikukuh tetap beroperasi di Venezuela. Namun sanksi tersebut membuatnya menarik diri dari negara bolivar tersebut.
Menurut sumber WSJ, kesepakatan dengan pemerintah Maduro akan melihat hasil lanjutan pembicaraan dengan oposisi untuk membahas pemilihan yang adil pada 2024.
Sebagai gantinya, Washington telah setuju untuk membebaskan beberapa aset negara Venezuela yang dibekukan di bank-bank AS. Ini akan digunakan untuk membayar makanan, obat-obatan, dan peralatan untuk jaringan listrik dan jaringan pasokan air Venezuela.
“Tidak ada rencana untuk mengubah kebijakan sanksi kami tanpa langkah konstruktif dari rezim Maduro,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional, seperti dikutip WSJ, dan dirangkum dari Oil Price.
Sikap AS yang lebih lunak terhadap Venezuela dimulai awal tahun ini, setelah invasi Rusia ke Ukraina, ketika sanksi mulai dijatuhkan ke Moskow, yang menargetkan industri hidrokarbonnya. AS adalah negara pertama yang memberlakukan larangan impor minyak Rusia dan menyadari dirinya membutuhkan pasokan pengganti.
Eropa juga membutuhkan penggantian minyak Rusia segera menjelang embargo dan pembatasan harga minyak yang mulai berlaku pada bulan Desember. Laporan pada bulan Maret menunjukkan bahwa AS siap untuk mencabut beberapa sanksi terhadap Venezuela untuk memudahkan minyak mentah Venezuela mulai mengalir ke pasar global lagi tetapi sejak itu hanya ada sedikit kemajuan yang dilaporkan.
“Venezuela siap dan bersedia memenuhi peran dan pasokannya, secara stabil dan aman, pasar minyak dan gas yang dibutuhkan ekonomi dunia,” kata Presiden Venezuela Nicolas Maduro bulan lalu.
Pada bulan Agustus, Venezuela menangguhkan pengiriman minyak ke Eropa di bawah program minyak-untuk-utang dan meminta perusahaan untuk menyediakan bahan bakar dengan imbalan kargo masa depan. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"