KONTEKS.CO.ID — Profil Howard Schultz adalah sosok yang mengubah wajah bisnis kopi dunia. Meskipun bukan pendiri Starbucks, peran dan kontribusinya dalam mengembangkan merek kopi ini tak terbantahkan.
Kisah hidupnya menginspirasi banyak orang. Menggambarkan bagaimana perjuangan dan tekad dapat membawa seseorang dari posisi karyawan biasa menjadi pemilik sebuah perusahaan global yang sukses.
Awal Perjalanan Howard Schultz
Lahir pada tanggal 19 Juli 1953 di Brooklyn, New York, Schultz mengalami masa kecil yang penuh tantangan. Ayahnya bekerja sebagai sopir truk dan ibunya seorang ibu rumah tangga.
Dalam usia muda, Schultz sudah menunjukkan semangat pantang menyerah dan ketekunan.
Setelah lulus dari perguruan tinggi dengan beasiswa olahraga sepak bola, Schultz menghadapi masa-masa sulit dalam mencari pekerjaan yang sesuai minat dan bakatnya.
Memasuki Dunia Starbucks
Pada tahun 1981, Schultz bergabung dengan perusahaan Starbucks yang saat itu baru berdiri di Seattle. Satu tahun kemudian dia sebagai manajer retail operations and marketing.
Saat berkunjung ke Italia untuk urusan bisnis, Schultz terinspirasi oleh budaya kedai kopi Italia yang tidak hanya menjual kopi. Namun juga menyediakan tempat untuk berkumpul dan bersosialisasi.
Inilah titik awal visi Schultz mengubah Starbucks dari sekadar tempat pembelian kopi menjadi pengalaman yang lebih luas.
Setelah menemukan inspirasi tersebut, Schultz meminta kepada pemilik Starbucks saat itu untuk mengadopsi konsep kedai kopi Italia. Namun sang pemilik Jerry Baldwin dan Gordon Bowker menolak usulan tersebut.
Tak gentar dengan penolakan, Schultz memutuskan keluar dari Starbucks dan memulai bisnisnya sendiri. Dia membuka kedai kopi bernama Il Giornale pada 1986 yang menawarkan kopi espresso, es krim, dan tempat duduk bersantai.
Dua tahun berjalan, manajemen Starbucks mengalami kesulitan finansial dan memutuskan menjual unit bisnis Starbucks kepada Schultz. Dengan semangat dan visi yang kuat, Schultz mengambil alih bisnis dan mengganti nama Il Giornale menjadi Starbucks.
Perubahan manajemen membuka bab baru dalam sejarah Starbucks.
Kesuksesan dan Tantangan
Sebagai pemilik baru, Schultz berfokus pada ekspansi global Starbucks. Dengan strategi pemasaran yang inovatif, Starbucks tumbuh pesat dan menjadi ikon kopi dunia.
Namun pada 2008, serangkaian masalah keuangan dan penurunan popularitas mengancam eksistensi Starbucks. Schultz akhirnya kembali ke perusahaan sebagai CEO dan melakukan perubahan drastis, termasuk menutup beberapa kedai yang tidak berperforma baik.
Pada 2013, Schultz mengundurkan diri dari posisi CEO Starbucks, tetapi warisannya tetap terasa kuat. Starbucks berkembang menjadi jaringan kedai kopi terbesar di dunia, dengan ribuan gerai tersebar di berbagai negara.
Schultz juga dikenal sebagai penulis buku yang menggambarkan perjalanan Starbucks dan pandangannya tentang bisnis. “Pour Your Heart Into It: How Starbucks Built a Company One Cup at a Time” dan “Onward: How Starbucks Fought for Its Life Without Losing Its Soul” menjadi sumber inspirasi bagi pengusaha dan pemimpin di seluruh dunia.
Pada saat ini, Howard Schultz memiliki kekayaan bersih senilai miliaran dolar, sebagian besar berasal dari kepemilikan saham di Starbucks.
Starbucks sendiri telah tumbuh menjadi raksasa industri dengan ribuan gerai yang menawarkan beragam minuman, termasuk kopi, jus, dan makanan ringan.
Biodata Howard Schultz
Nama: Howard Mark Schultz
Lahir: 19 Juli 1953, Brooklyn, Kota New York, New York, Amerika
Pasangan: Sheri Kersch Schultz (m. 1982)
Anak: Addison Schultz, Kyle Schultz, Eliahu Jordan Schultz
Pendidikan: Northern Michigan University, Canarsie High School
Agama: Yudaisme
Pekerjaan: Ketua dan CEO Starbucks
Kisah perjuangan dan ketekunan Howard Schultz mengajarkan kita bahwa mimpi besar dan tekad dapat mengubah nasib seseorang.
Dari seorang karyawan biasa hingga menjadi pemilik sebuah merek global, Schultz mengilhami generasi baru untuk berani bermimpi dan bekerja keras mewujudkannya. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"