KONTEKS.CO.ID – Indeks harga saham gabungan IHSG pada Bursa Efek Indonesia (BEI) terus menunjukan melemah hingga 29,94 poin. Pemelehan terutama pada saham-saham yang bergerak di sektor teknologi.
Tim Riset Philip Sekuritas dalam ulasannya menginformasikan bahwa IHSG ditutup dalam keadaan melemah 29,94 poin atau 0,43 persen menuju posisi 6.909,21.
Kemudian untuk kelompok 45 sahan unggulan atau indeks LQ45 juga mengelami penurunan 3,87 poin atau sebesar 0,39 persen ke posisi 984,56.
“Indeks saham di Asia pada sore ini ditutup tertekan oleh signal bahwa Tiongkok tidak berencana untuk segera melonggarkan kebijakan lockdown, penguatan nilai tukar dolar AS dan guncangan di pasar obligasi Inggris juga ikut mengguncang sentimen investor,” menurut Tim Riset Philip Sekuritas pada Rabu, 12 Oktober 2022.
Sempat dibuka dalam posisi menguat, namun hanya berselang satu jam IHSG langsung melemah. Posisinya bahkan sampai berada di zona merah hingga penutupan sesi pertama.
Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, sepuluh sektor terkoreksi dimana sektor teknologi turun paling dalam yaitu minus 2,97 persen. Kondisi itu diikuti sektor barang konsumen non primer dan sektor transportasi & logistik.
Masing-masing minus 1,37 persen dan minus 1,24 persen. Sedangkan satu sektor yang mengalami peningkatan adalah sektor energi sebesar 0,99 persen.
Adapun saham-saham yang mengalami penguatan terbesar yaitu TFAS, ITMA, VICO, HATM, dan KIOS. Sedangkan saham-saham yang mengalami pelemahan terbesar yakni UVCR, AMMS, IBOS, GEMA, dan ZONE.
Selain itu, investor saat ini sedang mempersiapkan diri dalam menghadapi rilis data inflasi AS dan tentu juga mengenai musim laporan keuangan kuartal III tahun 2022 ini.
Ada kekhawatiran tentu akan menekan kinerja pasar saham. Dengan tingkat inflasi yang masih tinggi, tentu ini akan berujung dengan pengurangan belanja oleh konsumen.
Selain itu, bank sentral AS The Federal Reserve bersama bank-bank dunia utama di dunia yang menaikkan suku bunga acuan, diperkirakan juga akan memperlambat aktivitas ekonomi.
Kemudian juga Dana Moneter Internasional (IMF) pada Selasa kemarin juga memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun ini. Dari proyeksi sebelumnya 2,9 persen menjadi 2,7 persen pada Juli.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"