KONTEKS.CO.ID – Negara berkembang dan kurang berkembang harus siap menghadapi badai dahsyat sebagai imbas dari dari kenaikan biaya energi dan krisis pangan pada 2023. Badai ini berbarengan dengan inflasi, penguatan dolar, dan kenaikan suku bunga acuan.
Kenaikan suku bunga acuan The Fed juga akan membuat negara negara berkembang dan kurang berkembang kesulitan menerbitkan surat utang. Hal tersebut diungkapkan menteri keuangan Sri Mulyani di Washington D.C, Rabu 12 Oktober 2022. “Badai ini yang pasti sangat kuat. Kita ada di situasi yang sangat serius, situasi yang sulit.”
Dana sebesar US$ 30 miliar telah dipersiapkan oleh Bank Dunia sebagai pengaman krisis akibat eskalasi operasi khusus Rusia di Ukraina. Adapun rincian alokasi pendanaan tersebut, US$ 12 miliar dalam proyek-proyek baru dan lebih dari US$ 18 miliar dari proyek-proyek terkait pangan dan gizi yang sudah ada yang telah disetujui tetapi belum dicairkan.
Sri Mulyani mengingatkan pentingnya presidensi G20 Indonesia dan juga pentingnya melibatkan Rusia. “Salah satu kelebihan G20 vs G7 adalah kelompok ini memiliki keluasan menangani persoalan global. Dan menafikan satu negara berisiko pada fragmentasi dari ekonomi global yang dapat meningkatkan kesulitan dalam memecahkan masalah seperti perubahan iklim, meningkatkan inklusi keuangan atau mencapai kesepakatan penghapusan utang bagi negara miskin,” tuturnya.
Ditambahkannya, dunia akan membutuhkan kerjasama dan forum ekonomi G20 patut untuk dilanjutkan dan dilestarikan untuk mengatasi tantangan global. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"