KONTEKS.CO.ID – Kondisi geopolitik yang memanas bersamaan dengan Indonesia yang memegang tampuk presidensi G20, tidak membuat Indonesia melemah. Tekanan dari Amerika Serikat (AS) agar mengeluarkan Rusia dari G20 dan bertransformasi menjadi G19, tidak mendapat tanggapan dari Indonesia.
Dalam interviewnya dengan Bloomberg beberapa waktu lalu. Menteri keuangan Indonesia Sri Mulyani mengingatkan pentingnya presidensi G20 Indonesia dan juga pentingnya melibatkan Rusia.
“Salah satu kelebihan G20 vs G7 adalah kelompok ini memiliki keluasan menangani persoalan global. Dan menafikan satu negara berisiko pada fragmentasi dari ekonomi global yang dapat meningkatkan kesulitan dalam memecahkan masalah seperti perubahan iklim, meningkatkan inklusi keuangan atau mencapai kesepakatan penghapusan utang bagi negara miskin,” tuturnya.
Dalam pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral (FMCBG) ke-4 di Washington DC, Amerika Serikat (AS), Sri Mulyani menjabarkan Inflasi yang tinggi, krisis energi dan pangan, perubahan iklim, serta konflik geopolitik, menjadikan perekonomian global dalam kondisi bahaya.
Mengatasi persoalan global saat ini dan dimasa mendatang yang penuh ketidak pastian dibutuhkan kerjasama antar negara. Hal ini sesuai dengan ajaran Soekarno, gotong royong dan holopis kuntul baris. Yakni bekerja sama dan bahu membahu mengatasi persoalan besar.
Indonesia berharap, sebelum masa presidensinya selesai pada November mendatang di Bali dan dilanjutkan India, pemetaan masalah dan penyusunan kerangka kebijakan awal terkait masalah pangan terselesaikan.
AS lobi Indonesia gabung price cap
Tak hanya meminta Rusia dikeluarkan dari G20, AS juga melobi Indonesia untuk memberikan sanksi kepada Rusia berupa pembatasan harga minyak asal negara tersebut. Pembicaraan tersebut mengemuka saat Menteri Keuangan Sri Mulyani mengadakan pertemuan bilateral dengan Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen di sela-sela pertemuan IMF-Bank Dunia pada Selasa 11 Oktober 2022.
Kepada media Sri Mulyani mengatakan isu price cap sebatas penjelasan Yellen soal rencana yang akan diambil AS. Indonesia, hanya sebatas menyimak rencana itu kemudian mengkaji bagaimana implikasi dari rencana tersebut ke negara lain. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"