KONTEKS.CO.ID – Kenaikan harga BBM ditengah penurunan harga minyak dunia menjadi pertanyaan bagi banyak orang. Sementara diberbagai negara -kecuali Eropa, Inggris dan Amerika Serikat (AS)- harga BBM mengikuti harga minyak dunia yang saat ini alami penurunan, di Indonesia justru sebaliknya.
Menurut Bendahara Negara Sri Mulyani walaupun harga minyak dunia turun, disparitas harga jual dan nilai keekonomiannya masih jomplang. Sebab tingginya harga minyak mentah dunia mendorong naiknya harga keekonomian dari harga BBM Pertalite dan Solar.
Menteri Keuangan menjelaskan kalaupun harga minyak dunia turun hingga dibawah USD 90 sekalipun, harga ICP Indonesia masih diangka USD 97. “Angka itu dari 502 triliun tetap akan naik Rp653 triliun, kalau harga ICP USD 99. Kalau harga ICP di USD 85 sampai Desember, kenaikan subsidi menjadi Rp640 triliun,” katanya.
ICP adalah harga patokan minyak mentah Indonesia yang digunakan dalam penghitungan bagi hasil dalam Kontrak Kerja Sama dan dasar perhitungan penjualan minyak mentah bagian Pemerintah yang berasal dari pelaksanaan Kontrak Kerja Sama Minyak dan Gas Bumi.
Namun logika pemerintah yang menyatakan subsidi BBM yang harusnya untuk masyarakat miskin turut dinikmati oleh warga bermobil, menjadi aneh. Karena disisi lain masih mempertahankan subsidi di APBN walaupun turut dinikmati oleh masyarakat kelas atas. Namun beberapa waktu lalu memberikan relaksasi untuk industri otomotif agar harga mobil terjangkau oleh masyarakat.
Harga Bensin Indonesia Masih Lebih Mahal Dari Amerika Dan Malaysia
Secara statistik harga bensin Indonesia terbilang murah dibandingkan dengan negara negara lain. Menurut Global Petrol Price, rata-rata harga bensin di Indonesia adalah Rp 17.319 per liter. Sedangkan harga rata-rata bensin di seluruh dunia hingga 29 Agustus adalah Rp 20.253 per liter.
Walaupun dinaikkan, harga bensin di Amerika dan Malaysia masih jauh lebih murah dari Indonesia. Perbedaan harga berbagai negara ini karena variasi pungutan pajak dan subdisi bensin disetiap negara.
Sekarang kita lihat perbandingan rata-rata harga bensin di Asia Tenggara:
- Malaysia Rp 6.805 per liter
- Vietnam Rp 16.039 per liter
- Indonesia Rp 17.319 per liter
- Thailand Rp 18.750 per liter
- Myanmar Rp 19.464 per liter
- Singapura Rp 29.188 per liter
Data dari laman Global Petrol merangkum 10 negara dengan harga BBM termurah di Dunia:
- Venezuela: Rp 330 per liter
- Libya: Rp 451 per liter
- Iran: Rp 795 per liter
- Algeria: Rp 4.873 per liter
- Kuwait: Rp 5.071 per liter
- Angola: Rp 5.553 per liter
- Turkmenistan: Rp 6.373 per liter
- Kazakhstan: Rp 6.559 per liter
- Nigeria: Rp 6.699 per liter
- Malaysia: Rp 6.796 per liter
Harga BBM Termahal di Dunia
- Hong Kong: Rp 44.370 per liter
- Zimbabwe: Rp 37.517 per liter
- Islandia: Rp 34.074 per liter
- Republik Afrika Tengah: Rp 33.972 per liter
- Norwegia: Rp 33.016 per liter
- Swiss: Rp 32.530 per liter
- Barbados: Rp 32.371 per liter
- Finlandia: Rp 31.401 per liter
- Denmark: Rp 31.144 per liter
- Yunani: Rp 30.538 per liter
BBM Naik: Blessing In Disguise TOBA Energi
Kenaikan harga BBM yang membuat biaya hidup semakin mahal dan sulit, tidak dialami oleh semua elemen masyarakat. Para produsen kendaraan listrik mendapatkan berkah peluang dari hal ini. Ada kecenderungan yang terbuka di masyarakat untuk beralih ke kendaraan energi hijau ini.
Beberapa waktu sebelum harga bensin naik, TOBA energi mengumumkan kerjasama dengan Gojek mendirikan perusahaan patungan Electrum dengan nilai investasi US$1 miliar untuk mendirikan pabrik motor listrik. Perusahaan yang didirikan oleh Menko Marinves Luhut B Panjaitan ini optimis dapat menjual 500 ribu unit motor listrik hingga 2025. TOBA merupakan perusahaan dengan core bisnis penambangan batu bara, energi alam yang produksinya seringkali merusak lingkungan dan meninggalkan kegetiran bagi masyarakat lokal.
TOBA salah satu yang optimis akan tren pertumbuhan kendaraan listrik di Indonesia, selain perusahaan Tbk milik keluarga Menko Marinves Luhut B Panjaitan ini, produsen mobil Hyundai yang memiliki produk mobil listrik dipasarkan di Indonesia juga optimis atas tren ini.
Data kenaikan permintaan ataupun penjualan kendaraan listrik, baik motor atau mobil, pasca harga bensin naik belum dirilis oleh Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI). Namun AISI mencatat penjualan motor listrik saat ini sudah mencapai belasan ribu unit per tahun. Dan diakhir tahun 2021 mencapai populasi 12.000 unit. Dan hingga Juni 2022 sekitar 19.000 unit, artinya per bulan mencapai 1.000 unit.
Tampaknya kenaikan harga BBM belum terlihat akan meningkatkan penjualan kendaraan listrik. Hal yang wajar mengingat pengumuman harga BBM naik baru dilakukan dua hari lalu oleh Presiden Jokowi. Namun kenaikan ini jelas membuka peluang luas untuk penjualan kendaran listrik, baik motor ataupun mobil.
Pemerintah Pilih BBM Naik Daripada Opsi Lain
Beberapa ekonom mengungkapkan ketidaksejutuannya atas kenaikan harga BBM. Ekonom senior Rizal Ramli mengatakan ketidakefisienan Pertamina mencapai 20% sehingga jika diperbaiki maka harga BBM tidak perlu naik. Selain itu pengelolaan utang luar negeri dan efisiensi anggaran lembaga negara mampu membuat harga BBM tidak naik. Hal senada diungkapkan Faisal Basri, menurutnya selama 4 tahun Presiden Jokowi tidak menggunakan formula dalam menentukan harga minyak. Sehingga opsi kenaikan BBM seolah menjadi satu satunya solusi.
Pilihan mendapatkan minyak murah yang sesuai dengan kebutuhan Indonesia sebenarnya adalah dengan membeli dari Rusia. Bekas negara Uni Sovyet ini menawarkan diskon minyak hingga 30% dari harga pasar internasional.
Mengutip Reuters pada 22 Agustus, harga minyak mentah Urals yang menjadi andalan Rusia itu tercatat di posisi US$ 78,06 per barel. Dibandingkan dengan jenis Brent pada Rabu 24 Agustus mencapai US$100,04 per barel.
Namun opsi tersebut tidak diambil pemerintah karena takut akan tekanan dari Amerika Serikat yang saat ini sedang proxy war dengan Rusia di Ukraina. Karena cara paling sederhana untuk mengatasi masalah adalah membagi renteng beban kepada masyarakat daripada menimbang opsi lain. Gitu aja kok, repot. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"