KONTEKS.CO.ID – Nepal dan India menandatangani perjanjian perdagangan listrik senilai 10.000 megawatt (MW) yang bersumber dari PLTA.
Nepal nantinya akan mengekspor listrik ke India selama 10 tahun ke depan.
Kesepakatan ini diharapkan dapat menarik investasi ke negara Himalaya yang kekurangan uang tersebut.
Sungai-sungai di Nepal, yang mengalir dari pegunungan Himalaya, mempunyai potensi menghasilkan sekitar 42.000 MW listrik.
Namun karena kurangnya pengetahuan teknis dan dana, negara tersebut hanya menghasilkan kurang dari 3.000 MW.
India, yang memiliki perjanjian perdagangan listrik jangka pendek dengan Nepal, menginvestasikan miliaran dolar dalam infrastruktur termasuk PLTA.
Ini juga merupakan upaya New Delhi untuk meningkatkan pengaruhnya di antara negara-negara tetangganya yang lebih kecil.
Perdana Menteri India, Narendra Modi dan Perdana Menteri Nepal, Pushpa Kamal Dahal menyetujui perjanjian perdagangan listrik jangka panjang tahun lalu.
Itu akan menjadi kunci untuk menarik investasi di sektor pembangkit listrik tenaga air Nepal.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Nepal, Prem Rai mengatakan, perjanjian baru tersebut merupakan satu dari empat perjanjian yang diresmikan pada pertemuan Komisi Gabungan Nepal-India di Kathmandu, Kamis, 4 Januari 2024.
“Ini merupakan tonggak sejarah dalam menarik investasi untuk pengembangan sektor pembangkit listrik tenaga air kami,” kata juru bicara Otoritas Listrik Nepal, Suresh Bahadur Bhattarai.
Meski demkian, Nepal perlu memperbarui undang-undang dan mengoordinasikan kementerian dan lembaga lain untuk menyelesaikan pekerjaan tepat waktu.
Hadir dalam pertemuan Komisi Gabungan di antaranta Menteri Luar Negeri India, Subrahmanyam Jaishankar dan timpalannya dari Nepal, N.P. Saud.
Nepal berharap dapat mengekspor kelebihan energi ke India dan mempersempit defisit perdagangannya yang besar dengan tetangganya di bagian selatan itu.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"