KONTEKS.CO.ID – Dirjen Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengatakan pemerintah tidak akan mengintervensi harga jual BBM. Ini terkait harga jenis bahan bakar minyak umum (JBU) Vivo yang harga jualnya lebih murah dari Pertamina,
Hal ini sesuai Peraturan Presiden Nomor 191 Tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian, dan Harga Jual Eceran BBM, penetapan harga jual jenis bahan bakar minyak umum (JBU) merupakan wewenang badan usaha.
Dalam upaya pengendalian harga di konsumen, menurut Tutuka, pemerintah menetapkan formula batas atas. Artinya, harga BBM mengacu kepada harga acuan pasar MOPS/Argus dan biaya distribusi dengan margin badan usaha maksimal 10 persen.
SPBU Vivo menjual BBM jenis Revvo 89 harga Rp8.900 per liter. Sedangkan harga BBM Pertamina jenis Pertalite Rp10.000 per liter. Dengan begitu selisih kedua produk adalah Rp1.100 per liter.
Revvo 89 memiliki research octane number (RON) sebesar 88 dan Pertalite memiliki RON sebesar 90.
Selain itu Vivo juga menjual jenis BBM lain yakni Revvo 92 dan Revvo 95. Revvo 92 memiliki RON 92 yang setara dengan kualitas Pertamax milik Pertamina. Sedangkan Revvo 95 memiliki RON di atas Pertamax namun di bawah Pertamax Turbo.
Tidak Semua Negara Sediakan RON di Bawah 90
Kendati di beberapa negara bahan bakar dengan oktan di bawah 90 sudah sulit ditemukan, Revvo 89 tetap masuk spesifikasi BBM yang mendapatkan izin edar di Indonesia.
Bahan bakar minyak dengan RON 95 adalah bensin yang umum beredar di negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menetapkan spesifikasi BBM yang boleh beredar di dalam negeri melalui keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas. Jenis BBM tersebut yakni RON 48, RON 88, RON 90, Avtur, Kerosin, dan minyak bakar.
Anggota Komite Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Saleh Abdurrahman mengatakan, SPBU Vivo menjual bensin murah dengan oktan paling rendah untuk mobil dan motor yang memiliki komperesi mesin rendah yaitu 9:1.
“Ya kan dia makai spesifikasi RON 88 seperti premium dulu,” tutupnya. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"