KONTEKS.CO.ID – Sebanyak 17 ekonom dan analis pasar mengikuti survei media asing Bloomberg. Terkait politik dinasti dalam kepemimpinan Joko Widodo, 10 dari 17 ekonom dan analis pasar tersebut mengatakan, hal itu tidak akan berdampak baik bagi pasar dan perekonomian.
Selain itu juga, dosen sekaligus peneliti senior di Pusat Penelitian Indo-Pasifik Universitas Murdoch, Ian Wilson mengatakan, tidak ada jaminan kebijakan Jokowi saat ini akan berlanjut di bawah kepresidenan Prabowo.
Menurutnya, setelah Jokowi lengser, pengaruh politiknya akan berkurang secara signifikan.
“Dia tidak memiliki sumber daya keuangan yang signifikan untuk memberikan pengaruh, atau kendaraan politik yang kuat,” kata Ian yang tak termasuk dalam peserta survei.
Melansir dari Bloomberg, Kamis 18 Januari 2024, masyarakat Indonesia semakin merasa tidak nyaman dengan politik dinasti yang saat ini terbangun di bawah pemerintahan Jokowi.
Prabowo mewakili rangkaian sejarah politik dinasti, tidak hanya melalui pasangannya, Gibran Rakabuming Raka.
Akan tetapi juga, Prabowo merupakan mantan menantu mendiang mantan presiden Suharto.
Meskipun Jokowi mengkampanyekan diri sebagai tokoh rakyat, kini justru ikut membangun politik dinasti.
Putra-putra Jokowi kini aktif terlibat dalam politik. Salah satu menantunya juga menjabat sebagai Wali Kota Medan.
Tuduhan nepotisme turut berkobar tahun lalu. Mahkamah Konstitusi yang dipimpin oleh saudara ipar Jokowi saat itu, menurunkan usia syarat menjadi presiden dan wakil presiden.
Keputusan MK jelas membuka jalan bagi putra Jokowi, Gibran Rakabuming Raka (36) untuk maju sebagai calon wakil presiden.
Namun demikian, Jokowi membantah mencoba menciptakan politik dinasti.
Dia berdalih, pemilih di Indonesia akan memutuskan siapa yang menang.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"