KONTEKS.CO.ID – Perekonomian Gaza butuh waktu puluhan tahun dan dana miliaran dolar untuk kembali ke kondisi seperti sebelum perang.
Konferensi PBB tentang Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD) pada Rabu, 31 Januari 2024 menyebut, operasi militer Israel memperburuk kemerosotan ekonomi Gaza.
Dalam laporannya, UNCTAD menguraikan kemerosotan sosial dan ekonomi parah di Gaza sejak operasi militer Israel.
“Penilaian UNCTAD menggarisbawahi, pemulihan kondisi sosial ekonomi pra-konflik di Gaza akan memakan waktu puluhan tahun dan membutuhkan bantuan asing yang besar,” kata badan PBB itu dalam sebuah pernyataan.
Dalam laporan tersebut, yang memanfaatkan citra satelit inovatif dan data resmi, mereka telah dengan cermat menghitung tingkat konflik di Gaza.
Mereka menyebut, perekonomian Gaza kontraksi 4,5 persen dalam tiga kuartal awal tahun 2023.
Adanya operasi militer telah memperburuk penurunan tersebut.
Akibatnya, terjadi kontraksi PDB sebesar 24 persen dan penurunan PDB per kapita sebesar 26,1 persen sepanjang tahun.
Mereka memprediksi, butuh waktu hingga tahun 2092 untuk memulihkan tingkat PDB seperti pada tahun 2022 dengan PDB per kapita dan kondisi sosial ekonomi yang terus menurun.
Ini dengan asumsi, operasi militer saat ini segera berakhir.
Selain itu rekonstruksi segera mulai dan tren pertumbuhan 2007-2022 tetap bertahan dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 0,4 persen.
“Namun, bahkan dengan skenario paling optimis bahwa PDB dapat tumbuh sebesar 10 persen per tahun, PDB per kapita Gaza hingga tahun 2035 masih akan mencapai tingkat sebelum blokade pada tahun 2006,” katanya.
Butuh Komitmen Finansial
UNCTAD menyebut perekonomian Gaza dari operasi militer saat ini juga memerlukan komitmen finansial.
Jumlahnya beberapa kali lipat dari USD3,9 miliar yang dihasilkan saat operasi militer tahun 2014 di Gaza.
Selain itu juga akan melibatkan upaya internasional bersama untuk memulihkan kondisi sosial ekonomi sebelum konflik.
Sebagai informasi, sebelum eskalasi militer baru-baru ini, Gaza mengalami kondisi sosial-ekonomi yang mengerikan.
Lebih dari 2 juta penduduk tinggal di salah satu wilayah terpadat di dunia dengan kebutuhan dasar seperti air bersih dan listrik sangat langka.
Kondisi makin parah dengan tingkat pengangguran melonjak.
“Operasi militer yang sedang berlangsung telah memperburuk penderitaan Gaza. Sekitar 85 persen penduduknya mengungsi dan menghentikan kegiatan ekonomi,” katanya.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"