KONTEKS.CO.ID – Pagi ini, nilai tukar dolar AS terhadap rupiah mengalami penurunan tipis. Mata uang Paman Sam ini turun sebesar 32 poin (0,20%) ke level Rp 16.159, seperti laproan data RTI pada Kamis, 18 April 2024.
Meskipun demikian, dalam sepekan hingga sebulan terakhir, dolar AS masih menunjukkan kekuatan relatifnya.
Data dari RTI menunjukkan bahwa dolar AS pagi ini berada pada level tertinggi Rp 16.215 dan terendah Rp 16.149.
Selain itu, mata uang AS juga melemah terhadap mata uang Asia lainnya seperti yuan China, yen Jepang, dan dolar Singapura.
Nilai tukar dolar AS terhadap yuan China turun 0,14% ke level 7,2, sementara terhadap yen Jepang melemah 0,20% ke 154.
Pergerakan terakhir adalah dolar AS terhadap dolar Singapura yang juga mengalami penurunan sebesar 0,14% ke 1,3.
Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, memprediksi bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini kemungkinan akan menguat setelah periode penurunan sebelumnya.
Dalam analisisnya, Ibrahim memperkirakan rupiah akan fluktuatif. Kemungkinan akan tutup menguat di rentang Rp16.170 hingga Rp16.250 per dolar AS pada perdagangan Kamis, 18 April 2024.
Pada akhir perdagangan Rabu, 17 April 2024, rupiah tertutup melemah di level Rp16.220 per dolar AS.
Ibrahim juga menyoroti bahwa peringatan oleh Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pergerakan rupiah.
“Komentar Powell membuat para pedagang semakin mengurangi ekspektasi penurunan suku bunga pada bulan Juni, dengan alat CME Fedwatch yang kini menunjukkan peluang 79,2 persen bahwa bank sentral akan mempertahankan suku bunga tetap stabil,” kata Ibrahim dalam keterangan resmi, Kamis, 18 April 2024.
Peringatan tersebut mengakibatkan sebagian besar pedagang mengurangi ekspektasi terhadap penurunan suku bunga lebih lanjut.
Ketegangan Politik Hingga Optimisme Pemerintah
Selain itu, ketegangan geopolitik di Timur Tengah juga menjadi faktor yang mendorong permintaan atas safe haven.
Sentimen dalam negeri juga ikut memengaruhi. Hal itu berdasarkan International Monetary Fund (IMF) mempertahankan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk tahun 2024 sebesar 5 persen.
Meskipun IMF tidak mengubah proyeksi ini, tetapi terdapat peningkatan pada proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2025 menjadi 5,1 persen.
Ini sejalan dengan peran penting Indonesia sebagai negara berkembang dalam G20, khususnya dalam transisi energi, terutama dalam produksi nikel.
Di sisi lain, pemerintah Indonesia menunjukkan optimisme dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dari IMF. Yaitu, 5,2 persen untuk tahun 2024 dan proyeksi yang lebih baik lagi, antara 5,3 hingga 5,6 persen untuk tahun 2025.
Optimisme ini didukung oleh kondisi politik yang semakin stabil setelah Pemilihan Presiden serta indikator makroekonomi yang memperlihatkan tren yang positif.
Dengan fundamental makro yang kuat, optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi terus tumbuh di Indonesia.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"