KONTEKS.CO.ID – Dana Moneter Internasional (IMF) mengingatkan, perbedaan suku bunga acuan antara negara-negara ASEAN yang rendah dan negara maju yang tinggi menjadi tantangan bagi negara-negara kawasan, termasuk Indonesia.
Direktur Departemen Asia Pasifik IMF, Krishna Srinivasan, menjelaskan perbedaan ini telah menyebabkan nilai tukar di beberapa negara kawasan mengalami tekanan hebat.
“Nilai tukar berada di bawah tekanan, dan penting bagi negara-negara kawasan untuk membiarkan nilai tukar berfungsi sebagai penyangga terhadap guncangan, sambil tetap memenuhi tujuan stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi,” ujarnya dalam sebuah paparan IMF pada Selasa, 30 April 2024.
Srinivasan menekankan, bank sentral harus tetap fokus pada kebijakan fundamental dan upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dalam negeri sambil menjaga inflasi.
IMF mendorong bank sentral untuk tidak terlalu tergantung pada kebijakan bank sentral Amerika Serikat (The Fed).
“Sementara kenaikan suku bunga mungkin perlu dipertimbangkan jika nilai tukar melemah, kebijakan harus disesuaikan dengan kondisi domestik, terutama inflasi,” tegasnya.
Secara umum, IMF menilai bank sentral di kawasan ini telah membiarkan nilai tukar bergerak sesuai dengan fundamental ekonomi tanpa campur tangan pemerintah.
“Kami percaya bahwa ini adalah pendekatan yang tepat untuk diambil,” tambahnya.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"