KONTEKS.CO.ID – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus mengalami tekanan di awal bulan ini, dengan sejumlah faktor baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri yang memainkan peran dalam pergerakan nilai tukarnya.
Data terbaru menunjukkan bahwa rupiah masih terus melemah, mencatatkan penurunan sebesar 0,03% pada perdagangan Selasa 30 April 2024, dan telah mengalami pelemahan selama empat hari berturut-turut, mencapai angka Rp 16.255 per US$.
Salah satu faktor yang turut mempengaruhi pelemahan rupiah adalah penantian terhadap keputusan suku bunga dari bank sentral AS, yang dikenal sebagai The Federal Reserve (The Fed).
Pada Kamis dini hari waktu Indonesia 2 Mei 2024, The Fed akhirnya mengumumkan keputusan untuk mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 5,25-5,50%, tanpa adanya indikasi kenaikan suku bunga dalam tahun ini.
Namun, mereka juga menyatakan bahwa belum terlihat adanya kemajuan signifikan dalam menurunkan tingkat inflasi, sehingga akan menunggu data lebih lanjut sebelum memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan.
Keputusan The Fed ini menunjukkan bahwa era suku bunga yang tinggi masih akan berlanjut, tanpa adanya tanda-tanda bahwa akan ada penurunan suku bunga dalam waktu dekat.
Hal ini tentu saja dapat menjadi tekanan tambahan bagi pasar keuangan Indonesia.
Di sisi domestik, data inflasi Indonesia untuk periode April 2024 juga akan menjadi sorotan. Badan Pusat Statistik (BPS) berencana akan merilis angka inflasi pada hari yang sama.
Konsensus pasar memperkirakan inflasi bulan April akan mencapai 0,33% dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Selain itu, data ekonomi dari AS juga akan menjadi perhatian, terutama terkait dengan neraca perdagangan dan klaim pengangguran.
Neraca dagang AS kemungkinan masih akan mengalami kontraksi, sementara klaim pengangguran mingguan terprediksi akan mengalami kenaikan.
Secara teknikal, dalam basis waktu per jam, pergerakan rupiah masih dalam tren pelemahan, meskipun telah terlihat tanda-tanda bahwa pergerakan nilai tukar sedang mengalami fase sideways.
Pelaku pasar akan memperhatikan apakah rupiah mampu menembus garis rata-rata selama 20 jam atau Moving Average/MA 20.
Jika rupiah berhasil menembus ke bawah MA20, maka ada potensi penguatan menuju level support MA50 di Rp 16.230 per US$.
Namun, jika rupiah gagal menembus MA20, kemungkinan pelemahan lanjutan menuju Rp 16.285 per US$ masih terbuka.
Dengan begitu, pergerakan rupiah dalam waktu dekat masih akan terpengaruhi oleh berbagai faktor baik dari dalam maupun luar negeri.
Dengan keputusan The Fed dan data ekonomi domestik menjadi fokus utama bagi pasar keuangan Indonesia.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"