KONTEKS.CO.ID – Badan Pusat Statistik (BPS) baru-baru ini merilis data yang mengejutkan tentang harga bawang merah di Indonesia.
Menurut laporan terbaru, harga bawang merah melonjak dengan inflasi telah mencapai puncak tertinggi sejak Januari 2021 hingga April 2024.
Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, mengungkapkan inflasi bawang merah mencapai 30,75 persen secara month-to-month (mtm) pada bulan April 2024.
“Bawang merah adalah komoditas yang memberikan andil inflasi tertinggi,” ucap Amalia, di Jakarta, Kamis 2 Mei 2024.
Andil inflasi yang sangat tinggi ini memberikan kontribusi signifikan terhadap inflasi bulan April yang mencapai 0,25 persen mtm atau 3 persen year-on-year (yoy).
Amalia juga menyoroti kondisi ini akibat menurunnya pasokan bawang merah di beberapa wilayah, terutama di Jawa Tengah bagian utara. Wilayah itu mengalami tinggi curah hujan sehingga mempengaruhi hasil panen.
Menurut Amalia, penurunan produksi bawang merah terjadi karena gangguan cuaca ekstrem, terutama banjir yang melanda wilayah-wilayah sentra produksi seperti Brebes, Cirebon, Kendal, Demak, Grobogan, Pati, dan lain-lain.
Dampak langsung dari penurunan pasokan ini adalah melonjaknya harga bawang merah di pasar.
Data dari Panel Harga Badan Pangan Nasional menunjukkan harga rata-rata bawang merah di pedagang eceran mencapai Rp51.680 per kg pada tanggal 21 April 2024.Harga ini naik tajam dari Rp35.100 per kg pada tanggal 1 April 2024.
Bahkan, harga bawang merah di beberapa wilayah mencapai level rekor tertinggi, seperti di Papua Tengah yang mencapai Rp84.980 per kg.
Beberapa daerah bahkan mengalami lonjakan harga yang lebih dramatis daripada yang lain.
Misalnya, di DKI Jakarta, harga ini melonjak menjadi Rp69.520 per kg. Di Kepulauan Riau, harga terendah yang tercatat adalah Rp35.510 per kg.
Meskipun demikian, ada sedikit harapan dari data terbaru Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS) yang menunjukkan penurunan harga ini secara keseluruhan.
Rata-rata harga ini berada di level Rp55.500 per kg pada hari ini, turun 2,72 persen dari hari sebelumnya.
Secara keseluruhan, lonjakan harga pangan yang signifikan ini menunjukkan sensitivitas pasar terhadap faktor-faktor alam seperti cuaca dan pasokan.
Dalam jangka pendek, perlu tindakan cepat untuk mengatasi masalah ini dan melindungi konsumen dari dampak inflasi yang meningkat.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"