KONTEKS.CO.ID – Pengelola utama Starbucks Indonesia, (MAPI), akan pemangkasan rencana pembukaan 100 gerai baru tahun ini.
Keputusan itu merupakan dampak dari gencarnya aksi boikot dan menjadi pemicu turunnya minat konsumen.
Boikot yang ramai tersuarakan terkait dukungan Washington terhadap Israel dalam konflik di Gaza yang sejak Oktober tahun lalu.
Saat ini, MAPI masih memegang mayoritas saham di PT Map Boga Adiperkasa Tbk. (MAPB), perusahaan ritel yang mengelola Starbucks Indonesia.
MAPI menyebut laba bersih pada tahun 2023 turun 10% menjadi Rp1,89 triliun. Padahal tahun sebelumnya mencapai Rp2,11 triliun.
Boikot di Malaysia
Boikot tidak hanya memengaruhi Starbucks di Indonesia tetapi juga di negara tetangga, seperti di Malaysia.
Berjaya Food, perusahaan yang mengoperasikan gerai Starbucks di Malaysia, melaporkan kerugian bersih sebesar RM42,6 juta dalam tiga bulan terakhir tahun 2023/
Padahal pada periode yang sama di tahun sebelumnya, laba bersihnya mencapai RM35,5 juta.
Sejumlah merek internasional, termasuk Starbucks, KFC, dan Pizza Hut, telah menegaskan netralitas mereka dalam konflik Gaza.
Mereka juga menegaskan bisnis makanan cepat saji adalah milik dalam negeri. Sayangnya, gerakan boikot masih terus berlanjut.
Vincent Tan, pemilik perusahaan induk Berjaya Food di Malaysia, bahkan menyatakan boikot tersebut tidak perlu dilakukan.
Namun, para analis memperkirakan gerakan boikot kemungkinan akan terus berlanjut seiring dengan berlanjutnya agresi militer Israel terhadap Gaza.
“Meskipun ada kemungkinan bahwa konsumen pada akhirnya akan kehilangan tenaga, kampanye boikot saat ini masih terus berjalan dengan lancar,” tulis Financial Times.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"