KONTEKS.CO.ID – Gazprom, raksasa energi Rusia, mengumumkan kerugian tahunan yang belum pernah terjadi sejak 1999.
Kerugian ini menjadi pertanda kerasnya dampak sanksi dan penutupan pasar Eropa terhadap ekspor gas Rusia.
Sanksi itu Barat jatuhkan sebagai respons atas operasi militer Moskow di Ukraina.
Perusahaan negara ini melaporkan kerugian bersih mencapai 629 miliar rubel atau sekitar Rp108 triliun pada tahun 2023.
Sementara laba bersih sebesar 1,23 triliun rubel atau Rp211 triliun pada tahun sebelumnya.
Penurunan ini mencerminkan dampak signifikan dari sanksi yang Barat terhadap Rusia menyusul serangan militer pada Februari 2022.
Ekspor gas ke Eropa, yang sebelumnya menjadi sumber pendapatan utama Gazprom, terhenti hampir sepenuhnya.
Itu lantaran negara-negara Eropa berupaya mengurangi ketergantungan mereka pada gas alam Rusia.
Sabotase terhadap jaringan pipa Nord Stream pada September 2022 semakin memperparah situasi dengan menutup jalur transportasi utama Gazprom.
Dalam upaya bertahan, perusahaan ini berusaha mencari klien ekspor baru.
Namun pembangunan infrastruktur baru terbukti mahal dan memakan waktu bertahun-tahun.
Salah satu upaya mereka adalah meningkatkan kapasitas pipa Power of Siberia ke China.
Tetapi hingga saat ini, belum ada kesepakatan dengan Beijing untuk membangun pipa kedua.
Sementara itu, di dalam negeri, Gazprom juga berhadapan pada beban keuangan untuk memperluas jaringan distribusi domestiknya.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"