KONTEKS.CO.ID – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir, mengeluarkan peringatan serius tentang kondisi ekonomi global yang semakin menyeramkan.
Menghadapi tantangan ini, perlu adanya persiapan terutama untuk BUMN, demi menjaga ketahanan dalam situasi ekonomi yang tidak pasti.
Erick Thohir menyatakan kekhawatiran terkait ekonomi global ini di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, pada Senin 6 Mei 2024.
Ia menyampaikan, perang tarif antara negara-negara besar menjadi salah satu ancaman utama.
Perang tarif tersebut dapat mengakibatkan peningkatan harga produk impor dan ekspor. Pada gilirannya dapat berdampak pada perekonomian Indonesia.
“Kita melihat akan ada perang tarif, antara Eropa, China, Amerika, bukan tidak mungkin nanti kita ditarifkan barang kita, maka tadi trade yang selama ini kita surplus bisa tertekan,” ujar Erick Thohir.
Ketidakpastian ekonomi global semakin parah oleh persaingan bisnis yang semakin sengit.
Erick Thohir menyadari situasi ini membuat ekonomi menjadi tidak stabil, dengan persaingan yang semakin keras dan tak terduga.
Pada kesempatan tersebut, Erick juga menyampaikan pesan kepada calon Menteri BUMN berikutnya. Siapapun menteri BUMN nanti, agar tidak hanya memfokuskan diri pada rencana-rencana singkat, tetapi juga untuk mempertimbangkan agenda jangka panjang.
Ini guna memastikan kelangsungan transformasi BUMN di masa mendatang.
Erick Thohir juga menekankan perlunya fokus pada agenda jangka panjang untuk transformasi BUMN, yang memerlukan waktu yang cukup lama sekitar 10-15 tahun.
Hal ini menekankan pentingnya kontinuitas dan keberlanjutan dalam perencanaan ekonomi.
“Saya rasa tidak hanya di BUMN, kadang-kadang kita itu selalu memikirkan agenda jangka pendek. Sedangkan kalau kita mau namanya kontinuitas yang sustain, itu perlu waktu 10-15 tahun. Berkali-kali Pak Tiko dan saya, Pak Sesmen bicara, transformasi BUMN itu tidak selesai dalam waktu 5 tahun,” jelasnya.
Tinjauan Pertumbuhan Ekonomi Global 2024 dan Dampaknya terhadap Indonesia
Pertumbuhan ekonomi global diproyeksikan stagnan pada tahun 2024, demikian disampaikan oleh Standard Chartered.
Meskipun demikian, Asia dianggap sebagai mesin penggerak utama pertumbuhan ekonomi global, sementara Afrika dan Kawasan Timur Tengah, Afrika Utara, Afghanistan, dan Pakistan (MENAP) diperkirakan akan tumbuh lebih cepat.
Namun, pemilihan umum di beberapa negara dapat mempengaruhi aktivitas investasi untuk sementara waktu. Selain itu, keputusan terkait penurunan suku bunga tetap menjadi tantangan, mengingat kekhawatiran terhadap inflasi yang masih ada.
Indonesia, bagaimanapun, diproyeksikan menghadapi pertumbuhan ekonomi yang sedikit menurun pada tahun 2024, menjadi 5,1%.
Faktor-faktor seperti hasil pemilu yang memadai dan transisi pemerintahan yang belum selesai mungkin mempengaruhi pertumbuhan ini.
Meskipun demikian, perekonomian Indonesia masih dalam siklus ekspansi, tercermin dari pertumbuhan pinjaman yang kuat dan peningkatan belanja pemerintah. Namun, inflasi pangan yang tinggi dan ketidakpastian politik bisa menjadi tantangan di masa mendatang.
Dengan tantangan ini, penting bagi Indonesia untuk memperkuat persiapannya dalam menghadapi dinamika ekonomi global yang tidak pasti.
Kesiapan ini mencakup perencanaan jangka panjang untuk transformasi BUMN, serta kebijakan ekonomi yang adaptif dan responsif terhadap perubahan situasi perekonomian global.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"