KONTEKS.CO.ID – Harga emas dunia menunjukkan kenaikan signifikan pada akhir perdagangan Senin, 6 Mei 2024 lalu. Ini seiring dengan melemahnya dolar AS dan meningkatnya spekulasi terkait penurunan suku bunga AS.
Kenaikan harga emas tersebut mengalami penguatan lebih dari 1 persen, yang merupakan perubahan yang mencolok dari tren penurunan beberapa minggu terakhir.
Pada pasar spot, harga emas naik sebesar 1,04 persen mencapai level USD2.325,44 per ons. Sementara di pasar berjangka Comex New York Exchange, harga emas meningkat sebesar 1,13 persen menjadi USD2.334,70 per ons.
Analis komoditas dari TD Securities, Daniel Ghali, menyoroti penurunan harga yang terjadi selama beberapa pekan terakhir telah mulai melambat. Ini membuka peluang bagi emas untuk kembali menguat.
Pelemahan dolar AS menjadi pendorong utama di balik kenaikan harga emas.
“Penurunan yang kita lihat selama beberapa minggu terakhir mungkin sebenarnya sudah mulai melemah, membuka pintu bagi harga emas untuk melanjutkan tren kenaikannya,” ujar Daniel Ghali.
Pada hari Senin, nilai indeks dolar AS mengalami penurunan sebesar 0,1 persen menjadi 105,06 setelah data ketenagakerjaan AS menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja yang lebih rendah dari yang diantisipasi.
Selain itu juga adanya penurunan kenaikan upah tahunan di bawah 4 persen untuk pertama kalinya dalam hampir tiga tahun.
Ini memicu spekulasi bahwa Federal Reserve (The Fed) mungkin akan mengurangi suku bunga di akhir tahun sebagai respons terhadap data ketenagakerjaan yang lebih lemah.
Goldman Sachs dalam sebuah catatan menyatakan perkiraan mereka akan dua kali penurunan suku bunga pada tahun ini, yakni pada bulan Juli dan November.
Pasar juga memperkirakan kemungkinan The Fed mulai menurunkan suku bunga pada September 2024 sebesar 69 persen, menurut data CME FedWatch.
Kebijakan suku bunga The Fed sangat memengaruhi harga logam mulia dunia. Ketika suku bunga naik, logam mulia yang tidak memberikan imbal hasil menjadi kurang menarik bagi investor dibandingkan dengan instrumen investasi lainnya seperti obligasi dan saham yang memberikan imbal hasil.
Sebaliknya, ketika suku bunga turun, minat investor pada logam mulia cenderung meningkat. Ini karena imbal hasil pada instrumen investasi lainnya juga menurun.
Dengan demikian, pelemahan dolar AS dan ekspektasi penurunan suku bunga AS telah menjadi faktor utama yang mendorong kenaikan harga logam mulia dunia.
Meskipun demikian, pergerakan pasar selanjutnya masih akan dipengaruhi oleh berbagai faktor ekonomi dan kebijakan yang terjadi di tingkat global.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"