KONTEKS.CO.ID –Â Pasar valuta asing Indonesia mencatat lonjakan signifikan dalam nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Jumat, 17 Mei 2024 yang terprediksi fluktuatif. Namun demikian akan ditutup menguat pada rentang Rp15.860-Rp15.950.
Pada Kamis, 16 Mei, nilai tukar rupiah menguat sebesar 97 poin atau 0,61%, mencapai Rp15.931 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.028 per dolar AS. Rupiah  ditutup di level Rp15.923, naik 0,65%.
Penguatan rupiah ini terjadi setelah rilis data inflasi AS yang lebih rendah dari ekspektasi.
Menurut Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, penyebab utama penguatan rupiah adalah penurunan inflasi bulanan AS yang mengejutkan.
Inflasi bulanan AS turun menjadi 0,3% mom (month-on-month) dari 0,4% mom, lebih rendah dari ekspektasi pasar sebesar 0,4% mom.
Secara tahunan, inflasi AS juga melemah menjadi 3,4% yoy (year-on-year) dari 3,5% yoy.
Selain itu, inflasi inti bulanan AS mengalami penurunan pertama dalam enam bulan terakhir. Inflasi turun menjadi 0,3% mom dari 0,4% mom. Secara tahunan, inflasi inti AS turun menjadi 3,6% yoy dari 3,8% yoy.
“Secara tahunan, inflasi Inti AS turun menjadi 3,6% yoy dari 3,8% yoy. Selain itu, penjualan ritel AS melambat menjadi 0,0% mom dari 0,6% mom, lebih rendah dari ekspektasi sebesar 0,4% mom. Ini menyiratkan melemahnya permintaan dari sisi konsumen,” ujar Josua Pardede.
Penurunan inflasi ini diiringi dengan melambatnya penjualan ritel AS yang stagnan di angka 0,0% mom dari sebelumnya 0,6% mom.
Ini jauh di bawah ekspektasi sebesar 0,4% mom. Hal ini menyiratkan melemahnya permintaan konsumen di AS.
Setelah data tersebut rilis, suasana di pasar menjadi lebih optimis terhadap risiko. Permintaan terhadap aset-aset berisiko seperti mata uang global, saham, dan obligasi Pemerintah Amerika Serikat (UST) meningkat.
Pada sesi perdagangan Asia, US Dollar Index turun signifikan ke level 104,3, dan yield UST 10-tahun turun ke level 4,33%.
Kinerja pasar saham juga menguat, dengan indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA), S&P 500, dan NASDAQ masing-masing naik sebesar 0,88%, 1,17%, dan 1,40%.
Dengan pelemahan dolar AS ini, nilai tukar rupiah cenderung menguat pada perdagangan hari Rabu, mencapai level Rp15.943 per dolar AS.
Selain itu, yield obligasi pemerintah Indonesia (SUN) dengan tenor 10 tahun juga turun hingga 6,94%, sejalan dengan penurunan yield US Treasury.
Namun, Josua Pardede mengungkapkan, dalam jangka pendek, pergerakan rupiah masih akan terpengaruh oleh faktor-faktor sentimen yang berkembang di pasar keuangan global.
Di antaranya tensi geopolitik dan arah kebijakan suku bunga AS. Sentimen ini akan terus mempengaruhi volatilitas nilai tukar rupiah ke depan.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"