KONTEKS.CO.ID – Pergerakan harga emas dunia yang terus naik dan berulang kali mencetak rekor tertinggi dalam beberapa bulan terakhir dianggap sebagai sebuah “anomali”.
Sebab, kenaikan harga emas ini terjadi di tengah tingkat suku bunga acuan bank sentral berbagai negara yang masih tinggi.
Chief Economist DBS Bank, Taimur Baig menjelaskan harga emas dan tingkat suku bunga memiliki hubungan berlawanan. Jika tingkat suku bunga bank sentral tinggi, maka harga emas biasanya rendah, dan sebaliknya.
Dengan tingkat suku bunga acuan yang tinggi, investor akan mendapatkan imbal hasil yang lebih besar dari instrumen berbasis dolar AS.
Oleh karena itu, ketika suku bunga tinggi, investor cenderung beralih dari instrumen tanpa imbal hasil, seperti emas, ke instrumen yang berbasis dollar AS.
“Dengan melihat tingginya tingkat suku bunga saat ini, emas seharusnya diperdagangkan di level yang sangat rendah, mungkin USD500, tapi harga emas saat ini diperdagangkan di angka USD2.400 atau lebih tinggi,” tutur Taimur dalam DBS Asian Insights Conference 2024 di Hotel Mulia, Jakarta, Selasa 21 Mei 2024.
“Ini sangat langka di tengah tingginya tingkat suku bunga AS, instrumen dengan imbal hasil 0 persen bisa bergerak positif,” sambungnya.
Selanjutnya, Taimur mengatakan “keunikan” pergerakan harga emas saat ini terutama terpicu oleh tingginya volatilitas dinamika global.
Pergerakan pasar emas belakangan ini lebih terdorong oleh kekhawatiran pasar terhadap ketegangan geopolitik dunia.
“Oleh karenanya, meskipun bisa membeli dollar as dan mendapat imbal hasil 4,5 – 5,5 persen dengan memakirkan uang, Anda tetap ingin menempatkan uang di emas,” tuturnya.
Menurutnya, ketidakpastian global mendorong pelaku pasar dari sektor publik maupun swasta untuk mengalihkan dananya ke emas sebagai bentuk diversifikasi aset.
Hal ini terjadi karena adanya catatan historis pembekuan aset berupa dollar AS yang dilakukan terhadap bank sentral negara yang berada dalam konflik.
“Kita lihat yang terjadi pasca Rusia menginvasi Ukraina, banyak aset bank sentral Rusia dibekukan,” ucap Taimur.
Sebagai informasi, harga logam mulia spot ini sempat kembali menyentuh level tertinggi 2.449,89 pada perdagangan Senin 20 Mei 2024.
Berbagai analis menyatakan bahwa tren kenaikan harga emas dipicu oleh berbagai faktor yang berkaitan dengan ketidakpastian global, mulai dari ekspektasi penurunan suku bunga AS, stimulus dari China, hingga ketegangan geopolitik.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"