KONTEKS.CO.ID – Pasar keuangan Indonesia kembali beraktivitas setelah libur panjang, namun suasana tidak begitu mengenakkan bagi para pelaku pasar. Selama tiga hari perdagangan terakhir, terlihat IHSG dan rupiah cenderung bergerak negatif, sementara yield Surat Berharga Negara (SBN) mengalami kenaikan.
IHSG mengalami penurunan sebesar 1,3% dalam periode tersebut, dengan puncaknya terjadi pada perdagangan Selasa lalu dengan penurunan mencapai 1,11%.
Meski IHSG ada sedikit kebangkitan pada hari Rabu dengan kenaikan sebesar 0,51%, namun aksi jual bersih investor asing masih terlihat, walaupun dalam skala yang lebih kecil sebesar Rp254,01 miliar.
Di sisi lain, rupiah juga menunjukkan pelemahan sebesar 0,25% terhadap dolar AS dalam periode yang sama. Kondisi ini tercermin dari stagnasinya nilai tukar rupiah di level Rp15.990/USD pada perdagangan Rabu.
Namun, tidak hanya IHSG dan rupiah yang terdampak, yield tenor 10 tahun SBN juga mengalami kenaikan sebesar 1 basis poin menjadi 6,874%, menandakan kecenderungan melemahnya harga SBN dan minat investor yang mulai menurun, terutama investor asing.
Meskipun Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan pada level 6,25%, hal ini tidak mampu memberikan sentimen positif yang signifikan bagi pasar keuangan.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, menyatakan bahwa keputusan tersebut diambil untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan mengendalikan inflasi.
Di samping itu, situasi ekonomi global juga menjadi sorotan, terutama terkait ketidakpastian mengenai kebijakan suku bunga Federal Reserve AS.
Beberapa pejabat The Fed masih meragukan langkah selanjutnya terkait kebijakan suku bunga, membuat pasar keuangan global tetap dalam ketidakpastian.
Sementara itu, di tengah pelemahan tersebut, beberapa sentimen positif juga muncul, seperti pertumbuhan ekonomi yang stabil, inflasi yang masih terkendali, dan surplus dalam neraca pembayaran Indonesia.
Dengan demikian, pasca libur panjang, pasar keuangan Indonesia masih dalam proses penyesuaian terhadap berbagai faktor eksternal dan internal.
Meskipun terdapat tantangan dan ketidakpastian, namun dengan kondisi ekonomi yang mendasarinya masih stabil, diharapkan pasar akan mampu menghadapi dinamika tersebut dengan lebih baik dalam jangka panjang.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"