KONTEKS.CO.ID – Rupiah terus mengalami tekanan terhadap dolar AS (USD) hingga terjerembab ke level Rp16.400.
Kondisi ini mengingatkan masyarakat pada krisis 1998 ketika Indonesia mengalami guncangan ekonomi, sosial, dan politik. Krisis ini masyarakat kenal sebagai “Krismon” atau krisis moneter.
Hebatnya, Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie, dalam masa pemerintahan singkatnya, berhasil menguatkan rupiah sebesar 34%. Dari rontok Rp16.800 menjadi ke level Rp7.385 per USD.
Fantastis! Sebab suksesor Soeharto itu bukan seorang ekonom, melainkan teknokrat sejati.
Habibie mulai menjabat pada 21 Mei 1998, saat Indonesia tengah terpuruk oleh krisis keuangan yang berkembang menjadi krisis ekonomi dan sosial.
Pada puncak krisis, rupiah sempat mencapai titik terlemahnya di level Rp16.800 pada 1 Juni 1998.
Rupiah Krisis dan Upaya Habibie Merestrukturisasi Perbankan
Krisis finansial menyebabkan bank mengalami rush. Di mana nasabah menarik dana besar-besaran dari bank sejak 1997 karena khawatir simpanannya hilang.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) jatuh dari level 500 ke 258 pada 6 Oktober 1998.
Habibie merespons dengan meluncurkan paket restrukturisasi perbankan pada 21 Agustus 1998. Kebijakan ini termasuk merger beberapa bank menjadi entitas yang lebih kuat, seperti terbentuknya Bank Mandiri.
Pemisahan Bank Indonesia
Habibie membuat keputusan besar dengan memisahkan Bank Indonesia (BI) dari pemerintah, menjadikannya lembaga independen.
Langkah ini memulihkan kepercayaan pasar global terhadap BI. Meskipun saat itu BI belum memiliki kewenangan menstabilisasi rupiah, kebijakan ini tetap efektif.
Undang-Undang tentang BI (No 23 Tahun 1999), yang Habibie teken, memberikan kewenangan kepada Gubernur BI Perry Warjiyo untuk mengintervensi rupiah saat ini.
Habibie dan Penguatan Rupiah
Selama masa pemerintahan Habibie, rupiah menguat secara signifikan. Pada 28 Juni 1999, rupiah mencapai level terkuatnya setelah krisis 1997, yaitu Rp6.550 per USD.
Penguatan ini mencerminkan keberhasilan kebijakan ekonomi Habibie dalam menstabilkan mata uang Indonesia di tengah krisis yang melanda.
Kebijakan pemisahan BI ini tidak hanya berhasil menstabilkan mata uang RI, tapi juga memperkuat fundamental ekonomi Indonesia.
Kebijakan itu menciptakan landasan yang kokoh bagi stabilitas ekonomi dan kepercayaan pasar di tahun-tahun berikutnya.
Habibie menunjukkan bahwa dengan kebijakan yang tepat dan keberanian untuk mengambil langkah besar, stabilitas ekonomi dapat tercapai bahkan di tengah krisis terburuk. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"