KONTEKS.CO.ID – Pengusaha tekstil di Indonesia menyoroti pernyataan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengenai penyebab gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) di industri tekstil.
Menurut Sri Mulyani, persaingan bisnis yang semakin ketat dan pasokan berlebih memicu praktik dumping. Yakni, menjual barang ke luar negeri dengan harga lebih murah ketimbang banderol harga dalam negeri.
Reaksi Asosiasi Produsen
Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI), Redma Gita Wirawasta, menyebut pernyataan tersebut sebagai pengalihan isu.
Meski mengakui adanya praktik dumping oleh China, Redma menilai pemerintah kurang responsif. Perpanjangan safeguard tekstil yang Menteri Perdagangan rekomendasikan telah mandek di meja Sri Mulyani selama lebih dari satu tahun.
Serbuan Impor dan Praktik Dumping
Redma juga menyoroti kinerja buruk Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan. Ini tersebut sebagai salah satu penyebab utama badai PHK dan penutupan sejumlah perusahaan dalam dua tahun terakhir.
Data menunjukkan gap impor yang tidak tercatat dari China meningkat dari USD2,7 miliar pada 2021 menjadi USD2,9 miliar pada 2022. Dan terperkirakan mencapai USD4 miliar pada 2023.
Redma mendesak pemerintah untuk serius menangani modus impor borongan atau kubikasi. Termasuk melalui penentuan impor jalur merah atau hijau di pelabuhan.
Ia menekankan pentingnya peningkatan sistem pemeriksaan Bea Cukai menggunakan teknologi IT dan AI Scanner. Karena saat ini jauh tertinggal dibanding Thailand, Malaysia, dan Singapura.
Gelombang PHK Industri Tekstil yang Terus Berlanjut
Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN), Ristadi, mengungkapkan, gelombang PHK di industri tekstil nasional masih berlangsung.
Sejak awal 2024, setidaknya 13.800 pekerja pabrik tekstil dan produk tekstil (TPT) menjadi korban PHK akibat efisiensi perusahaan. Bahkan penutupan pabrik karena penurunan order.
Contoh terbaru adalah penutupan PT S Dupantex pada 6 Juni 2024 yang mem-PHK 700 pekerja.
Ia berharap pemerintah segera mengambil langkah nyata untuk mengatasi masalah ini dan mendukung industri tekstil nasional. Pengusaha tekstil terus berjuang untuk mempertahankan tingkat produksi dan menghadapi tantangan yang ada. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"
Authors
-
Saya adalah seorang penulis yang berdedikasi dalam mengeksplorasi dunia keuangan, teknologi, dan kripto. Dengan latar belakang yang kuat dalam analisis pasar dan investasi, saya memiliki kemampuan untuk menyajikan informasi kompleks menjadi mudah dipahami. Passion saya terletak pada mengedukasi dan menginspirasi pembaca melalui tulisan yang informatif dan mendalam. Setiap karya saya dirancang untuk memberikan wawasan berharga, membantu pembaca membuat keputusan yang lebih baik dalam dunia yang terus berubah. Selain menulis, saya juga aktif mengikuti tren terbaru dalam industri dan berpartisipasi dalam diskusi profesional untuk selalu memperbarui pengetahuan saya.
-
Saya sudah lama bekerja sebagai wartawan. Awalnya di tahun 1999 bekerja di RRI Pro2 Jakarta, lalu melompat ke radio lokal. Tak lama, bergabung hampir 16 tahun dengan KORAN SINDO/SINDOnews. Kemudian ke kilat.com, indopos online, dan sekarang di KONTEKS.CO.ID