KONTEKS.CO.ID – Dua perusahaan besar kelas internasional membatalkan rencana investasi di kompleks pemurnian nikel-kobalt di Weda Bay, Halmahera Tengah, Maluku Utara. Padahal investasi ini bernilai USD2,6 miliar atau setara Rp42,64 triliun
Keduanya yakni korporasi tambang asal Prancis, Eramet, dan perusahaan kimia asal Jerman, BASF.
Keputusan ini diumumkan dalam siaran pers Eramet pada Selasa, 25 Juni 2024 yang dilansir oleh Reuters.
Eramet menyatakan setelah evaluasi menyeluruh, termasuk diskusi tentang strategi pelaksanaan proyek, mereka bersama BASF memutuskan untuk tidak melanjutkan investasi tersebut.
“Kami akan terus melakukan evaluasi potensi investasi pada rantai nilai baterai kendaraan listrik nikel di Indonesia,” tulis Eramet dalam keterangannya.
Sementara itu, Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Septian Hario Seto mengonfirmasi, kedua perusahaan tersebut telah memberi tahu pemerintah tentang keputusan ini.
Seto menjelaskan ada beberapa fasilitas high-pressure acid leaching (HPAL) yang sedang dalam pipeline.
“Saya pikir pembatalan ini karena mereka melihat sudah banyak HPAL di Indonesia, jadi lebih mudah mendapatkan MHP (mixed hydroxide precipitate), jadi tidak perlu mengeluarkan capex besar untuk membangun sendiri,” kata Seto.
Sebagai informasi, pada Desember 2020, Eramet dan BASF telah menandatangani kesepakatan untuk bersama-sama melakukan studi mengenai pengembangan kompleks pemurnian hidrometalurgi nikel dan kobalt yang mutakhir.
Proyek ini rencananya mencakup pembangunan pabrik HPAL dan Base Metal Refinery (BMR). HPAL akan berlokasi di Teluk Weda, Indonesia, sementara lokasi BMR akan ditentukan pada saat studi kelayakan.
Pabrik HPAL rencananya memproses bijih dari deposit Teluk Weda untuk memproduksi produk antara (intermediate) dari nikel dan kobalt.
Studi geologi mendalam yang Eramet lakukan telah mengonfirmasi potensi deposit kelas dunia yang operasional penambangannya telah mulai sejak akhir 2019.
Sementara itu, BMR rencananya akan memasok nikel dan kobalt untuk memproduksi precursor cathode active materials (PCAM) dan kemudian cathode active materials (CAM) untuk baterai ion litium pada kendaraan listrik.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"