KONTEKS.CO.ID – Smelter PT Freeport Indonesia (PTFI) resmi beroperasi di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Gresik, Jawa Timur. Ini termasuk smelter terbesar di dunia.
Proyek Smelter PT Freeport Indonesia ini adalah fasilitas pemurnian tembaga dengan desain jalur tunggal terbesar di dunia. Kapasitasnya mencapai 1,7 juta ton konsentrat tembaga per tahun.
Pemerintah berharap smelter ini dapat menjadi tonggak utama dalam mendukung kebijakan hilirisasi industri, sekaligus menjaga resiliensi ekonomi nasional.
Pemerintah sendiri telah menggagas kebijakan hilirisasi industri. Tujuannya, mampu mendukung peningkatan nilai tambah perekonomian.
Untuk mendukung kebijakan hilirisasi tersebut, peran off-takers domestik menjadi sangat penting termasuk pengguna bahan baku tembaga.
Pasokan produk hilirisasi tembaga yang Indonesia butuhkan saat ini masih mengandalkan produk impor. Misalnya, copper tube, copper tape, evaporator tembaga, serta komponen-komponen dalam memproduksi electric vehicle (EV). Seperti kabel, inverter, hingga baterai.
Guna memenuhi kebutuhan tersebut, pemerintah terus mendorong industri pengolahan di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) untuk melakukan hilirisasi.
”Kita beri applause kepada manajemen yang extraordinary. Dan yang terbangun pun pabrik yang extraordinary, luar biasa. Jadi ini sangat tepat waktu, karena saat sekarang renewable energy menjadi tren. Dan tren renewable energy butuh critical mineral. Dan salah satunya adalah copper,” kata Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto, terkait operasional smelter PTFI di KEK Gresik, mengutip Jumat 28 Juni 2024.
Kapasitas Smelter PT Freeport Indonesia
Smelter PTFI adalah fasilitas pemurnian tembaga dengan desain jalur tunggal terbesar di dunia dengan kapasitas pemurnian mencapai 1,7 juta ton konsentrat tembaga per tahun.
Proyek menempati lahan 100 hektare di KEK Java Integrated Industrial Ports Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur memiliki nilai investasi kumulatif mencapai Rp58 triliun atau sekitar USD3,7 miliar.
Investasi tidak hanya akan memberikan manfaat bagi perusahaan konstruksi dalam negeri. Tetapi juga akan menciptakan multiplier effects kepada masyarakat di Kabupaten Gresik.
Bersama dengan smelter yang dioperasikan PT Smelting, keduanya akan memurnikan 3 juta ton konsentrat tembaga per tahun dengan produksi sekitar 600.000 ton katoda tembaga, 50 ton emas, dan 200 ton perak per tahun.
Dengan beroperasinya smelter ini, seluruh kosentrat tembaga yang PTFI produksi dapat semuanya terproses dan termurnikan di dalam negeri. Demikian juga lumpur anoda dari PT Smelting.
“Dan ini yang pertama integrasi tambang sampai dengan produk akhir. Dan dengan integrasi ini, maka produksi emas nanti yang 50 ton bayar royalti. Karena ini terintegrasi dari tambang sampai ke hilir. Demikian pula untuk perak juga bayar royalti. Jadi tentu banyak pendapatan yang didapatkan Pemerintah,” beber Airlangga.
Kehadiran PTFI di KEK Gresik diharapkan dapat menjadi salah satu penarik dalam membentuk kawasan dengan ekosistem yang mendukung hilirisasi, khususnya EV. Hingga Maret 2024, KEK Gresik telah mencatatkan nilai investasi sebesar Rp75,2 triliun dan menyerap lebih dari 35.000 orang tenaga kerja.
“Tentu ke depan Indonesia akan mampu untuk meningkatkan ekspornya. Kalau ekspor kita kuat, maka rupiah kita bisa stabil. Sebagai contoh, dari nikel itu dan dari kelapa sawit ekspor kita USD55 miliar. Nah impor minyaknya USD40 miliar. Jadi sebetulnya natural hedging itu terjadi,” pungkasnya. ***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"