KONTEKS.CO.ID – Industri perawatan dan kecantikan di Indonesia mendapatkan berkah besar dari gerakan boikot produk Israel.
Seiring dengan semakin meluasnya kampanye ini, masyarakat Indonesia mulai beralih dari produk luar negeri yang terafiliasi dengan Israel dan semakin melirik produk lokal.
Gerakan Viral “All Eyes on Rafah” Picu Boikot Produk Asing
Pada akhir Mei 2024, kampanye viral “All Eyes on Rafah” memicu gelombang boikot terhadap produk-produk yang dianggap mendukung Israel.
Aksi boikot ini memberikan dampak signifikan terutama pada pasar Fast-Moving Consumer Goods (FMCG) di e-commerce.
Menurut riset Compas.co.id untuk semester I 2024, boikot ini berhasil mengubah peta persaingan antara merek global dan lokal, terutama pada kategori perawatan dan kecantikan.
Analisis Penjualan 150 Top Beauty Brands di E-commerce
Riset Compas.co.id menganalisis 150 top beauty brands berdasarkan nilai penjualan di platform e-commerce seperti Shopee, Tokopedia, dan Blibli selama periode Januari 2022 hingga Juni 2024.
Hasil riset ini mencakup lebih dari 60% total omset kategori perawatan dan kecantikan.
Menurut Hanindia Narendrata, Co-founder & CEO Compas.co.id, boikot yang dimulai pada Oktober 2023 memberikan dorongan signifikan bagi pertumbuhan merek lokal di kategori ini.
Pada semester pertama 2024, enam dari sepuluh brand dengan nilai penjualan tertinggi di e-commerce adalah brand lokal, berbeda dengan tahun sebelumnya ketika merek global mendominasi pasar.
Peningkatan Penjualan Brand Lokal
Pada semester I 2024, nilai penjualan brand lokal di top 150 berhasil melampaui brand global, dengan angka mencapai Rp5,01 triliun, unggul sekitar Rp400 miliar dibandingkan brand global yang hanya mencapai Rp4,62 triliun.
Ini bukan pertama kalinya brand lokal unggul, karena pada tahun 2022 brand lokal juga menunjukkan performa lebih baik dari brand global.
Nilai penjualan brand lokal pada semester I 2022 mencapai Rp3,38 triliun, sementara global hanya Rp2,55 triliun. Hal serupa juga terjadi pada semester II 2022, di mana nilai penjualan brand lokal mencapai Rp3,6 triliun sementara global berada di angka Rp3,2 triliun.
Dampak Gerakan Boikot Terhadap Penjualan Global dan Lokal
Gerakan boikot ini memberikan dampak yang cukup signifikan, terutama di pasar offline yang kemudian merambat ke online.
Kampanye yang menekan penjualan brand global di pasar offline membuat konsumen beralih ke produk lokal.
Berdasarkan penelitian Compas.co.id, dalam dua minggu pasca-kampanye ‘All Eyes on Rafah’, nilai penjualan brand global dari sub kategori pelembab mengalami penurunan sebesar Rp95 juta, sementara brand lokal justru meningkat hingga Rp456 juta.
Kategori Lain yang Terpengaruh Boikot
Selain kategori perawatan dan kecantikan, boikot ini juga berdampak pada kategori makanan & minuman serta ibu & bayi.
Namun, kategori kesehatan menjadi sektor yang paling sedikit terpengaruh oleh gerakan boikot ini.
Menurut Hanindia, konsumen Indonesia semakin teliti dalam memilih produk yang sejalan dengan nilai-nilai mereka, dan gerakan boikot ini membuka peluang besar bagi brand lokal untuk bersaing di pasar yang semakin kompetitif.
Sebaliknya, brand global menghadapi tantangan untuk mempertahankan performa mereka seperti pada tahun-tahun sebelumnya.
Pertumbuhan FMCG dan Dominasi E-commerce
Selain pengaruh boikot, Indonesian FMCG E-commerce Report for Semester I 2024 juga mencatat beberapa peristiwa penting seperti peningkatan penjualan selama Ramadhan, pertumbuhan FMCG di tahun 2024, dan kebangkitan TikTok Shop sebagai pemain baru di pasar e-commerce.
TikTok Shop yang kembali buka pada awal 2024 langsung meraih market share 18,6% dengan total penjualan senilai Rp8,9 triliun.
Sementara Tokopedia, yang ByteDance (TikTok) akuisisi pada Januari 2024, terus mengalami penurunan nilai penjualan selama tiga semester berturut-turut.
Di sisi lain, Shopee masih menjadi pilihan utama konsumen e-commerce FMCG dengan tren nilai penjualan yang terus meningkat.
Populasi Perempuan yang Tinggi Dorong Pertumbuhan Industri Kecantikan
Dengan populasi perempuan yang terus meningkat, industri perawatan dan kecantikan di Indonesia semakin berkembang.
Data dari Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) mencatat jumlah penduduk perempuan Indonesia pada semester I 2024 mencapai 139.907.921 jiwa, hampir setara dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 142.569.663 jiwa.
Tingginya populasi perempuan ini menjadi daya tarik bagi banyak brand kecantikan, baik lokal maupun internasional, untuk berinovasi dan bersaing di pasar Indonesia yang semakin kompetitif.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"