KONTEKS.CO.ID – Industri pengolahan karet merupakan salah satu sektor ekspor yang kontribusinya besar pada perekonomian. Pada 2021 menyumbangkan devisa sebesar USD7,1 Miliar.
Industri pengolahan karet nasional didukung luas areal perkebunan karet sebesar 3,6 juta hektar dan capaian produksi 3,03 juta ton pada 2021. Tak heran jika Indonesia menjadi produsen karet alam terbesar kedua di dunia.
Industri pengolahan karet juga menyerap tenaga kerja langsung sebesar 60 ribu orang di sektor hulu dan 258 ribu tenaga kerja adalah pekerja tidak langsung. Dan industri ini memberikan impact terhadap 2,5 juta petani.
Menurut Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian Putu Juli Ardika, produk karet hulu yang diproses lebih lanjut di dalam negeri oleh industri hilir hanya berkisar 20 persen yang meliputi industri ban, vulkanisir, dock fender, barang teknik karet, dan lain sebagainya. Sedangkan, sebesar 80 persen diekspor dalam bentuk setengah jadi berupa crumb rubber dan ribbed smoked sheet (RSS).
“Oleh karena itu, kebijakan hilirisasi penting untuk meningkatkan nilai tambah komoditas karet di dalam negeri. Melalui pelaksanaan Sarasehan Komoditas Karet Nasional beberapa waktu lalu, kami berharap bisa ada solusi terbaik ke depannya untuk lebih mengembangkan industri pengolahan karet nasional yang berdaya saing global,” katanya di Jakarta, Minggu 18 Desember.
Kemenperin telah mendorong peningkatan pemanfaatan karet alam melalui aspal karet. Hal ini perlu juga didorong untuk pengembangan produk-produk turunan karet lainnya, seperti bantalan jembatan, seismic bearing, rubber dam, belt conveyor, dock fender dan lain-lain.
Di samping itu, upaya lain yang bisa dilakukan adalah melalui optimalisasi penggunaan karet dalam negeri melalui Demand Promotion Scheme (DPS). Kebijakan ini bertujuan meningkatkan penyerapan karet alam di dalam negeri sekaligus menekan impor barang jadi karet.
“Implementasi dari DPS ini, sejak 2016 pemerintah telah mengembangkan aspal karet untuk infrastruktur jalan nasional dan jalan daerah di daerah produsen karet, namun sampai saat ini implementasi aspal karet masih jauh dari yang diharapkan sehingga dampaknya tidak terlalu besar untuk peningkatan penyerapan karet alam secara nasional,” ungkap Putu.
Bahkan, pemerintah juga berupaya untuk mendongkrak harga karet di dalam negeri. Langkahnya antara lain melalui forum karet internasional, yang melibatkan tiga negara produsen utama karet alam, yaitu Indonesia, Thailand dan Malaysia yang tergabung dalam organisasi International Tripartite Rubber Council (ITRC). ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"