KONTEKS.CO.ID – Ekonomi Indonesia yang andalkan komoditas, saat ini mendapat durian runtuh karena lonjakan harga komoditas internasional, seperti CPO, besi dan baja. Kenaikan harga ini membuat tebal dompet negara.
Hal ini berimbas terhadap defisit dompet negara yang mencapai 2,49 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Range persentase ini masih jauh dari klausal defisit di Undang-Undang APBN 2022 yang menetapkan 4,5% terhadap PDB atau Rp 840,2 triliun. Secara jangka pendek, ekonomi Indonesia andalkan komoditas cukup membantu.
Jika ditilik lebih jauh, per 14 Desember 2022 saja, APBN sudah mendapatkan realisasi yang melebihi target, yakni 109,43 persen atau Rp 2.479,9 triliun. Berdasarkan Perpres 98/2022, target yang ditetapkan sebesar Rp 2.266,2 triliun.
Presiden Jokowi dalam Outlook Perekonomian Indonesia 2023 belum lama ini, terlihat senang atas kinerja positif APBN 2022.
Windfall pada pendapatan negara tidak hanya berasal dari komoditas. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengumumkan kabar gembira penerimaan pajak per 14 Desember 2022 telah menembus angka Rp1.634,36 triliun atau 104,2% yang melebihi target seperti tercantum dalam Perpres 98/2022, yang sebesar Rp 1.568,9 triliun. Hal ini terjadi karena booming harga komoditas sektor pertambangan. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"