KONTEKS.CO.ID – Berikut ini profil PT GNI (Gunbuster Nickel Industry) di mana terjadi bentrok antara pekerja asing (WNA) dan lokal (WNI). Bentrok mengakibatkan korban tewas di masing-masing kubu.
Melansir laman resmi perusahaan, PT Gunbuster Nickel Industry adalah salah satu perusahaan smelting terkemuka di Indonesia yang berdiri sejak 2019. Bisnisnya diklaim mengedepankan pertumbuhan jangka panjang dan menjaga etika dalam berbisnis.
Industri smelter nikel perusahaan menerapkan proses Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) teknologi dengan mengembangkan 25 jalur produksi dan menghasilkan 1,9 juta Nickel Pig Iron (NPI) per tahun.
Sementara nilai-nilai perusahaan mencerminkan misi dan tujuan PT Gunbuster Nickel Industry. Dua di antaranya terkait lingkungan kerja yang nyaman.
“Budaya Mengayomi dan Peduli. Kami membangun lingkungan yang aman bagi karyawan, sehingga karyawan dapat lebih terbuka dan saling menghargai satu dengan yang lain,” tulis perusahaan.
“Membangun hubungan yang baik dengan Stakeholder dan warga lokal. Yakni, berkomitmen untuk mengembangkan kualitas dari komunitas dan menjaga lingkungan di mana PT GNI beroperasi,” tulisnya lagi.
Profil PT GNI Investasi Puluhan Triliun Rupiah
Presiden Joko Widodo meresmikan pabrik smelter nikel PT Gunbuster Nickel Industry di Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah, di Kawasan Industri Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI), pada 27 Desember 2021.
Direktur Utama PT Gunbuster Nickel Industry, Wisma Bharuna saat itu mengatakan, GNI berkomitmen mendorong percepatan hilirisasi industri untuk memberikan nilai tambah pada bahan baku di Indonesia.
“PT Gunbuster Nickel Industry yang berlokasi di kawasan industri terpadu seluas 1.907 hektare, dilengkapi fasilitas pelabuhan, yang saat ini sedang dikembangkan di Kabupaten Morowali Utara,” papar Bharuna.
Kawasan industri bertujuan untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Sebab menciptakan banyak lapangan pekerjaan, meningkatkan devisa negara atas ekspor produk olahan smelter, memberikan kontribusi pajak kepada negara, menciptakan multiplier economic effect di wilayah terkait dan terjadinya transfer of knowledge.
Dengan total nilai investasi sekitar Rp42,9 triliun, GNI secara keseluruhan akan mengoperasikan 24-line smelter, yang mengadopsi teknologi Rotary Kiln Electric Furnace.
Smelter GNI akan mengolah raw material yaitu bijih nikel menjadi feronikel dengan kadar 10-12%, dengan kapasitas produksi sebesar 1.800.000 Ton feronikel per tahun, yang membutuhkan suplai/konsumsi biji nikel sebesar 21.600.000 WMT per tahun.
Dari keberadaan Kawasan Industri di Morowali Utara, sejak tahap pembangunan konstruksi PT GNI telah menyerap sekitar 5.200 tenaga kerja lokal.
“Insya Allah jika proyek kami berjalan keseluruhan akan menyerap sekitar 60.000 tenaga kerja lokal, dengan lebih dari 90% kebutuhan tenaga kerja Indonesia, yang tentunya akan menempati posisi pekerjaan seluruh lapisan hingga tenaga manajerial di smelter,” sebut Bharuna.
Untuk mengamankan suplai baik dari segi kualitas maupun kuantitas, PT GNI menandatangani perjanjian pendahuluan dengan PT Aneka Tambang Tbk pada 6 Mei 2021.
Selain pekerja lokal, perusahaan juga memperkerjakan tenaga kerja asing asal China. Kepala Dinas Ketenagakerjaan, Kabupaten Morowali Utara, Yanis Lakawa menyebut, jumlah tenaga kerja asing yang terdaftar dalam sistem kurang lebih 533 orang. Sementara pekerja lokal mencapai 11.000 orang. ***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"