KONTEKS.CO.ID – Belum lama ini dunia dikejutkan dengan berita orang-orang yang masuk daftar Forbes, dan ternyata terseret kasus penipuan.
Sejumlah nama seperti Sam Bankman-Fried, Charlie Javice, Caroline Ellison, dan Elizabeth Holmes, sebelum terseret kasus penipuan merupakan orang-orang terpandang yang menjadi penghuni daftar Forbes 30 Under 30. Kini mereka menghuni bui.
Sam Bankman-Fried, bos FTX, terseret penipuan keuangan, ia membawa lari dana nasabah kriptonya. Caroline Ellison, bos Alameda Research, ikut terseret kasus penipuan kripto FTX tersebut.
Sementara, Charlie Javice, pendiri startup Frank, terseret kasus penipuan pengguna palsu saat perusahaannya dibeli bank JP Morgan. Terakhir, Elizabeth Holmes, ahli bioteknologi, pimpinan startup Thanos, terseret penipuan alat tes karyanya yang Bernama Edison. Ia dihukum 11 tahun penjara atas penipuannya itu.
Elizabeth Holmes, selain masuk daftar Forbes 30 Under 30, juga pernah masuk ke dalam daftar Forbes “Wanita paling berpengaruh di Dunia”.
Menurut Direktur Eksekutif Indo Parameter, Tri Wibowo Santoso, ternyata masuknya seseorang ke dalam daftar Forbes belum tentu berbanding lurus dengan integritas mereka.
Misalnya, sebut pria yang karib disapa Bowo ini, seperti Elizabeth Holmes, di Indonesia ada juga tokoh yang masuk daftar Forbes “Wanita paling berpengaruh di Dunia” yaitu Menteri Keuangan Sri Mulyani.
“Menkeu Sri Mulyani ini juga belum tentu bersih. 11-12 lah dengan Elizabeth Holmes. Terlihat pintar tapi sangat tricky,” ujar Bowo.
Bowo menunjukkan rekam jejak Sri Mulyani yang kerap dikaitkan dengan berbagai kasus penggelapan pajak di masa lalu, kasus skandal keuangan Bank Century, yang terakhir membuat Sri Mulani kabur ke AS dan diselamatkan Bank Dunia, kalau tidak Sri Mulyani kemungkinan akan dipenjara di Indonesia. Seperti nama-nama penipu di daftar Forbes yang disebut di awal.
Selain itu, mantan ketua Poros Wartawan Jakarta ini pun menyebut bahwa kinerja Sri Mulyani di ekonomi Indonesia pun terbilang biasa saja.
“Sri Mulyani ini ibarat bubble. Kilaunya akan segera meletus,” ujar Bowo.
Buktinya, menurut Bowo, data-data ekonomi kita bila dibandingkan dengan negara tetangga yang dekat pendapatannya, masih tertinggal. Pertumbuhan ekonomi Indonesia, tax ratio, dan neraca pembayaran Indonesia masih kalah jauh oleh tiga tetangga di Kawasan, yaitu Malaysia, Filipina, dan Vietnam. Seperti ditunjukkan oleh data-data berikut:
Econ Indo vs 3ASEAN
GDP growth
Malaysia 14%
Vietnam 8%
Filipina 7,2%
Indonesia 5%.
Tax revenue ratio to GDP
Malaysia 13%
Vietnam 12,9%
Filipina 16,1%
Indonesia 9,1%
Balance of payment (BoP)
Malaysia BoP surplus MYR 14bio ($3,4bio)
Vietnam BoP surplus $1,5bio
Filipina BoP surplus $600mio
Indonesia BoO defisit $1,3bio
Penulis:
Direktur Eksekutif Indo Parameter
Tri Wibowo Santoso***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"