KONTEKS.CO.ID – Ajaib, minyak goreng bersubsidi di Tangerang menghilang alias kosong di gudang Bulog.
Kekinian, Bulog sedang memesan ke sejumlah produsen untuk mengatasi hilang alias kosongnya minyak goreng bersubsidi di Tangerang.
Kepala Bulog Divisi Regional Tangerang, Nolly Desiyanti mengatakan, pesanan yang diajukan untuk mengatasi hilang alias kosongnya minyak goreng bersubsidi di Tangerang belum terkirim.
Pasalnya, Kata Nolly, harus menunggu antrean dengan sejumlah wilayah lain.
“Kami tidak punya stok, MinyaKita belum ada kuotanya lagi,” kata Nolly menukil Antara, ditulis Kamis 2 Februari 2023.
Menurut Nolly, kosongnya stok minyak goreng bersubsidi telah terjadi sejak awal Januari 2023 lalu.
“Kami tidak punya kuota lagi dan sudah mencari, dapat dari pabrik Sumatera Selatan sebanyak 26.000 liter, tetapi, masih menunggu antrean,” ungkapnya.
Pihaknya, lanjut Nolly, telah melakukan langkah antisipasi dengan melakukan pemesanan dan menyiapkan cadangan minyak goreng ke pihak produsen.
“Kami sudah siapkan minyak kemasan premium dengan merk Rosebrand dengan jumlah stok lebih kurang 60.000 liter,” kata dia.
Meski terjadi kekosongan pada pasokan minyak, Nolly memastikan pasokan kebutuhan pangan lain yang ada di Bulog Tangerang aman.
“Insyaallah untuk pasokan pangan lain kami aman sampai puasa nanti,” ucapnya.
Sebelumnya, Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan memastikan stok minyak goreng MinyaKita akan membanjiri pasar mulai Februari.
Dengan demikian, kata Zulhas, stok dan harganya bisa kembali normal, khususnya menjelang Ramadan dan Lebaran.
Kata Zulhas, pemerintah dan produsen minyak goreng siap meningkatkan tambahan suplai minyak goreng (migor) kemasan dan curah sebanyak 450 ribu ton per bulan selama tiga bulan yaitu Februari-April 2023.
“Mudah-mudahan dalam bulan Februari nanti, karena akan puasa dan Lebaran, mudah-mudahan sudah mulai membanjiri pasaran sehingga di pasar-pasar rakyat ini juga bisa normal lagi,” kata Zulhas, Senin 30 Januari 2023.
Menurut Zulhas, ada dua alasan stok MinyaKita langka dan sulit ditemukan di pasaran.
Pertama, yaitu karena makin tingginya minat konsumen terhadap produk tersebut.
“MinyaKita sekarang menjadi tren. Semua orang carinya MinyaKita karena MinyaKita yang dulu itu ada di pasar rakyat dalam bentuk curah, sekarang dikemas sudah bagus, sama dengan minyak-minyak premium,” kata dia.
“Bisa didapat di ritel modern, market modern, di mana-mana ada. Jadi semua orang, ibu-ibu, carinya MinyaKita,” ucapnya.
Menurut Zulhas, tingginya permintaan membuat stok MinyaKita berkurang pasokannya di pasaran.
Terlebih lagi, stok yang dijatah hanya sebanyak 300 ribu ton per bulan.
Sementara, alasan kedua berkurangnya pasokan minyak adalah karena pasokan CPO dialihkan untuk produksi B35.
“Kami mengubah B20 menjadi B35. B20 menyedot CPO 9 juta ton. Begitu berubah jadi B35, tambah 4 juta ton jadi total 13 juta ton. (Kalau) ekspor sekarang agak melambat,” pungkasnya.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"