KONTEKS.CO.ID – Gara-gara Chris Martin cs yang akan konser pertama kali di Indonesia, muncul pengidap FOMO Coldplay. Apa sih itu? Simak dampak buruk FOMO Coldplay dan cara mengatasinya.
Kecanduan media sosial dapat berdampak buruk, salah satunya sindrom Fear of Missing Out (FOMO). Apa itu FOMO? Simak lengkapnya di sini.
FOMO semakin hari semakin membuat masyarakat resah. Pasalnya, para penonton FOMO sering muncul di beberapa acara populer, seperti yang baru terjadi di konser BLACKPINK.
Hal ini lantaran masih banyak fans BLACKPINK yang tak kebagian tiket konser karena maraknya penonton FOMO.
Kini, fenomena ini pun kembali dikhawatirkan jelang konser Coldplay di Indonesia. Terlebih lagi, itu merupakan momen perdana Coldplay menggelar konser di Tanah Air.
Banyak faktor bisa memicu munculnya fenomena ini, salah satunya adalah media sosial.
Seorang psikolog sekaligus profesor di Pusat Ilmu Kesehatan Universitas Oklahoma, Dr. Erin Vogel, Ph.D melihat orang-orang yang aktif bermain media sosial adalah mereka paling rentan mengalami FOMO.
Secara bahasa, arti dari Fear of Missing Out adalah takut ketinggalan. FOMO adalah sebuah perasaan cemas atau takut yang timbul di dalam diri seseorang akibat ketinggalan berita, tren, atau hype.
Rasa takut ketinggalan ini mengacu pada persepsi bahwa orang lain lebih bersenang-senang dan menjalani kehidupan yang lebih baik.
Akibatnya, pengidap Fear of Missing Out bisa memiliki rasa iri yang mendalam, bahkan kepercayaan diri ikut terpengaruh.
Sebenarnya Fear of Missing Out sudah ada sejak berabad-abad lalu. Namun, ketika media sosial muncul, gangguan ini mulai terlihat dan lebih banyak diteliti.
Memang, penggunaan media sosial yang berlebihan dapat menjadi penyebab FOMO. Media sosial mempercepat fenomena Fear of Missing Out dalam berbagai cara.
Pasalnya, media sosial menyediakan ruang untuk dapat ‘membandingkan’ kehidupanmu dengan kehidupan orang lain yang terlihat ‘luar biasa’.
Sebagai catatan, membanding-bandingkan kehidupan yang terlihat di media sosial adalah salah satu gejala FOMO.
Pengidap FOMO akan merasa kehidupan pribadinya lebih buruk dibandingkan kehidupan teman-teman yang terlihat di media sosial.
Menurut sejumlah penelitian, FOMO juga dapat dialami oleh segala usia. Sebuah penelitian dalam jurnal Psychiatry Research menemukan, FOMO berhubungan dengan penggunaan media sosial. Namun, tidak berkaitan dengan usia atau jenis kelamin.
Dampak Buruk Fear of Missing Out
Ada sejumlah dampak buruk dari fenomena Fear of Missing Out. Dilansir dari Klik Dokter, berikut ini beberapa di antaranya:
1. Menimbulkan Obsesi
Memantau media sosial secara terus-menerus, dapat membuat seseorang menjadi terobsesi untuk menciptakan citra dan selalu tampil sempurna di media sosial.
2. Menurunkan Rasa Percaya Diri
Selain menimbulkan obsesi kehidupan yang sempurna, FOMO juga dapat mengikis rasa percaya diri seseorang.
Isi dan gemerlap dari media sosial dapat membuat individu menjadi minder dan hilang rasa kepercayaan diri karena tidak bisa menyamai isi dari media sosial yang dia lihat.
3. Menyita Waktu
Memantau media sosial secara terus-menerus dapat menyita dan membuang waktu.
4. Menghabiskan Uang
Rasa takut ketinggalan membuat orang yang terkena FOMO berusaha untuk selalu mengikuti tren atau sesuatu yang sedang hype. Tidak jarang tren ini sebenarnya bukanlah sesuatu yang diperlukan.
Sebagai contoh, kamu ikut hype konser Coldplay. Padahal duit terbatas. Karena takut akan ketinggalan, si pengidap rela meminjam uang untuk nonton konser.
5. Tak Bisa Lepas dari Gadget
Ciri pertama yang paling mudah dikenali adalah sifat pelaku FOMO yang sulit lepas dari penggunaan gadget.
Orang-orang semacam ini seringkali hanya sibuk bermain media sosial sampai-sampai tak mau berinteraksi secara fisik dengan sekitar.
Hal ini ikut dibenarkan oleh Yadirichi Oyibo selaku founder blog Diary of An Introvert.
“FOMO semakin parah ketika Anda sepertinya tidak dapat melakukan apa pun tanpa ponsel. Anda secara tak sadar tidak ingin melakukan aktivitas langsung atau mengalami pertemuan fisik. Sebaliknya, Anda lebih suka bermain ponsel dan menunjukkan ketergantungan yang berlebihan pada ponsel,” kata Yadi.
Cara Mengatasi Fear of Missing Out
Ubah Fokus
Dibanding fokus pada kekurangan yang dimiliki. Unfollow orang-orang yang cenderung sombong dan memberi dampak buruk pada dirimu.
Buat Jurnal Pribadi
Sering kali orang menggunakan media sosial sebagai sebuah ‘jurnal elektronik’ untuk menyimpan apa yang sudah dilakukan atau dialami.
Cobalah untuk membuat jurnal pribadi tanpa memerlukan ‘pengakuan’ publik yang sering didapat dari media sosial. Dengan melakukan hal ini, dapat terbantu lepas dari FOMO.
Carilah Hubungan dengan Orang di Dunia Nyata
Sering kali kamu merasa kesepian dan mulai mencari hubungan dengan orang lain di media sosial.
Sayangnya, menggunakan media sosial untuk mencari hubungan belum tentu dapat berdampak baik.
Karena itu, untuk mengatasi FOMO, salah satunya caranya adalah mulai membangun hubungan dengan orang-orang di sekitar, seperti keluarga dan teman.
Fokus pada Rasa Syukur
Penelitian menunjukkan, bersyukur dapat meningkatkan semangatmu dan orang-orang di sekitar.
Walaupun terkesan sulit, kamu bisa mulai mencoba fokus pada nikmat yang sudah dimiliki daripada memikirkan ‘kekurangan’ (yang dapat muncul akibat membandingkan diri dengan orang lain di media sosial).
Harus disadari, apa yang dilihat di media sosial belum tentu sesuai dengan keadaan sebenarnya. Kamu tidak selalu tahu cerita sepenuhnya di balik gambar-gambar yang dilihat.***
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di "Google News"