KONTEKS.CO.ID – Pertunjukan teater Ariyah dari Jembatan Ancol persembahan Titimangsa segera digelar pada 27-28 Juli 2023 di Teater Jakarta, kompleks Taman Ismail Marzuki (TIM). Animo yang terbilang tinggi membuat tiketnya hampir ludes.
Hal tersebut diungkapkan oleh Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation, Renitasari Adrian.
“Ini adalah panggung pertama setelah pandemi, dikabarkan tiket tinggal 200-an kursi dari 1.400 kursi yang ada saat pertunjukan,” ungkapnya saat jumpa pers yang berlangsung di Tugu Kunstkring Paleis, kawasan Menteng, Jakarta Pusat pada Kamis, 13 Juli 2023.
Happy Salma pun optimis tiket pementasan Ariyah dari Jembatan Ancol bakal sold out. “Pasti sold out-lah,” tegasnya.
Produser Ariyah dari Jembatan Ancol, Pradetya Novitri menjelaskan Menurutnya, sejak tiket pementasan dibuka animo pencinta teater terbilang tinggi.
“Iya, memang tinggal 200-an kursi,” timpalnya.
“Untuk budaya penonton sudah terbangun. Ada dan mau membeli tiket dan mengapresiasi pertunjukan. Kita coba lagi dengan cara tur backstage dan meet and greet apakah ada peminatnya.”
Cara tersebut dilakukan Titimangsa agar menumbuhkan ekosistem kesenian.
“Sebagai pelaku kesenian harus mencari cara lagi gimana tetap bergerak, bertumbuh dengan sumber-sumber yang lain. Siapa tahu yang lebih sustainable ke pelaku kesenian itu seperti apa,” tegasnya.
Produksi ke-63 Titimangsa tiketnya dibanderol Rp 200 ribu untuk kelas 3, Rp 375 ribu kelas 2, Rp 600 ribu untuk kelas 1, dan VIP dengan dua harga tiket yakni Rp 850 ribu dan Rp 1,2 juta.
Selain menonton pertunjukan utama, akan diadakan diskusi tentang demonisasi perempuan dalam kisah horor di Indonesia.
Lalu ada Backstage Tour di mana penonton akan dipandu untuk masuk dalam pertunjukan yang site-spesifik yakni gedung dan panggung itu sendiri.
Serta Meet & Greet bersama para pemain Ariyah dari Jembatan Ancol.
Legenda Urban
Pementasan ini mengangkat legenda urban “Si Manis Jembatan Ancol” yang sudah ada dari abad ke-19.
Kisah ini memiliki berbagai versi yang berkembang tentang awal kisah Si Manis Jembatan Ancol, namun satu kesamaan yang mencolok adalah tokoh utama dalam cerita, yaitu Ariyah.
Melalui pementasan ini, penonton akan merasakan atmosfer yang mencekam dan mengenal lebih dekat sosok ikonik dari legenda urban yang telah dikenal luas oleh masyarakat.
“Kalau biasanya menonton film horor itu sangat menegangkan, bayangkan bagaimana hal itu diwujudkan di atas panggung. Tidak hanya memberikan pengalaman batin, namun juga sensasi yang diterima oleh indera penglihatan, pendengaran, dan aroma yang dimunculkan di area pertunjukan,” jelas Happy Salma sebagai produser pementasan ini bersama dengan Pradetya Novitri.
Pementasan ini menghadirkan nama-nama besar di panggung teater dan dunia seni peran layar kaca.
Kolaborasi Chelsea Islan, Mikha Tambayong, Ario Bayu, Gusty Pratama, Lucky Moniaga, Derry Oktami, Sarah Tjia, Rahayu Saraswati, Ririn Ekawati, Joind Bayuwinanda, Josh Marcy, dan Siko Setyanto, akan membawakan karakter-karakter kuat penuh emosi untuk menciptakan pengalaman panggung yang menarik dan memukau penonton.
Sinopsis Ariyah dari Jembatan Ancol
Pementasan ini diawali tahun 1817-an di mana Ariyah, seorang wanita yang menjadi jaminan utang ibunya kepada Juragan Tambas. Namun, ketika mereka tidak bisa membayar utang, Ariyah terpaksa menjadi istri muda si Juragan.
Hal ini mendapat pemberontakan dari kekasihnya Karim yang akhirnya berujung pada tragedi dan kematian keduanya. Mayat Ariyah dibuang dari Jembatan Ancol, sedangkan mayat Karim tidak diketahui keberadaannya.
Ariyah yang tidak pernah merasa dirinya mati akhirnya gentayangan mencari kekasihnya. Ia juga gentayangan karena tak sempat meminta maaf dan berpamitan pada ibunya setelah usulnya menjadi jaminan utang berakhir petaka.
Di masa kini, Ariyah yang gentayangan bertemu bersama dengan Yulia, Yudha, dan Tante Mus yang berusaha menghadapi mafia tanah bernama Bos Mintarjo yang mengancam rumah mereka.
Dalam prosesnya, hubungan masa lalu dan aroma kayu manis menjadi kunci dalam memecahkan misteri yang melibatkan cinta, dendam, dan keberanian. Perjumpaan yang tak kunjung ada, perpisahan dengan orang-orang tercinta dan perasaan bersalah adalah hantu yang sesungguhnya.
Naskah yang ditulis oleh Kurnia Effendi ini akan ditampilkan di atas panggung dengan arahan sutradara Joned Suryatmoko dan Heliana Sinaga.***
Simak breaking news dan berita pilihan Konteks langsung dari ponselmu. Konteks.co.id WhatsApp Channel
Baca berita pilihan konteks.co.id lainnya di:
"Google News"